Last Updated on Friday, 22 July 2011 10:25
Written by Administrator
Friday, 22 July 2011 10:16
WBHNEWS. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Provinsi Riau di Pekanbaru menyatakan, dalam sehari paling sedikit 140 hektar lahan dan hutan di Pulau Sumatera terbakar sehingga menyulut tingginya suhu udara di sekitarnya.
Untuk mencapai suhu udara setinggi ini, luas lahan yang terbakar minimum 10 hektar. Jadi jika dikalikan sebanyak pantauan satelit yakni 14 titik, luas lahan atau hutan Sumatra yang terbakar paling sedikit 140 hektar
Analis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Riau Sanya Gautami, Rabu (20/7/2011), mengatakan, luas lahan dan hutan yang terbakar itu merupakan analisis hasil pantauan satelit cuaca National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) 18 yang dioperasikan Amerika Serikat. Sebelumnya, Selasa (19/7/2011), NOAA sempat mendeteksi sedikitnya terdapat 14 titik api di Sumatera.
Satelit NOAA 18, kata Sanya, hanya dapat mendeteksi titik kebakaran hutan dan lahan apabila suhu udara berada di atas 40 derajat Celsius.
“Untuk mencapai suhu udara setinggi ini, luas lahan yang terbakar minimum 10 hektar. Jadi jika dikalikan sebanyak pantauan satelit yakni 14 titik, luas lahan atau hutan Sumatera yang terbakar paling sedikit 140 hektar,” katanya.
Sanya menjelaskan, ke-14 titik api di Pulau Sumatera tersebut tersebar di empat provinsi antara lain Aceh (1 titik api), Jambi (2), dan Sumatera Selatan (3).
Titik api terbanyak masih berada di Riau dengan jumlah delapan titik api. “Untuk Riau, kedelapan titik ini masing-masing berada di Kabupaten Bengkalis satu, Kampar dua, Rokan Hilir dua, dan Kabupaten Rokan Hulu sebanyak tiga titik api,” katanya.
Ia mengatakan, analisis atau prediksi cuaca pada Selasa hingga beberapa hari ke depan kemungkinan sebagian besar wilayah Riau masih minim hujan.
“Potensi hujan sangat kecil, kalaupun terjadi hanya di beberapa wilayah tertentu, khususnya Riau bagian barat yang meliputi Kabupaten Kuantansingingi dan Kampar dengan intensitas ringan dan sifatnya juga masih lokal,” kata Sanya
Sumber: Kompas.Com