Inilah Aksi Warga Kepayang Antisipasi Dampak El Nino


Written by Sigid Widagdo


Thursday, 03 July 2014 19:38

Pencegahan kebakaran dan pengelolaan hutan gambut tidak sesederhana menutup kanal. Menurut Prasetyo, perlu peningkatan kesadaran dan partisipasi mayarakat menjaga kawasan. Pengelolaan rawa gambut Merang Kepayangpun perlu terintegrasi, antara pemerintah, pihak swasta, masyarakat, dan LPHD. Jika tidak, hutan gambut yang tersisa di Sumsel ini akan mengalami kerusakan parah. Kekayaan flora fauna akan terancam punah.

Kajian WI-IP pada 2006, dari hutan produksi 225.000 hektar, hanya 47.000 hektar hutan kondisi baik, 99.000 hektar rusak parah. Sisanya, kawasan rawa terbuka atau semak belukar dengan vegetasi rendah dan rawan terbakar.

Pantauan WBH, sedikitnya ada 14 parit bermuara ke Sungai Kepayang dan Nuaran dengan ukuran 1,5-2 meter dan memiliki kedalaman sekitar 1-2 meter. Sedangkan kerusakan rawa gambut Merang Kepayang di hutan Lalan cukup parah.

Kebakaran di lahan gambut sulit ditanggulangi. Menurut Robet, api menjalar dari dalam tanah. Pohon-pohon yang terbakar tumbang, baru api menjalar ke atas. Pemadaman titik api di permukaan tanah belum berarti menghentikan kebakaran. Api menjalar di bawah tanah bisa muncul dimana saja.

Kebakaran juga menjadi momok menakutkan bagi masyarakat lokal. Robert, warga Desa Kepayang, mengatakan, kebakaran cukup besar pernah terjadi di Kepayang 1997, 2004, dan 2006. Tidak sedikit kebun masyarakat terbakar. Puluhan hektar hasil jerih payah membangun kebun bertahun-tahun habis dalam sehari semalam.
Selain penebangan liar, kebakaran merupakan ancaman terbesar bagi rawa gambut. Kerusakan gambut Merang-Kepayang ancaman bagi habitat satwa liar seperti harimau Sumatera (Pantera tigris), tapir (Tapirus indicus), dan buaya Sinyulong (Tomistoma schlegelii).

Hasil kajian Wetlands International Indonesia Programme (WI-IP) tentang penyebaran gambut di dalam kawasan Merang Kepayang menunjukkan, ketebalan lapisan gambut di kawasan ini bervariasi, kurang satu meter hingga tujuh meter. Dari luas 271.000 hektar, sekitar 210.000 hektar lahan gambut. Setidaknya ada dua kubah gambut utama: antara Sungai Merang -Kepayang, dan antara Sungai Kepayang serta hulu-hulu sungai yang bermuara ke TNS.

Terdapat dua sungai utama mengalir di kawasan hutan rawa gambut ini, yaitu Sungai Merang dan Sungai Kepayang. Ia bermuara di sungai Lalan selanutnya ke semenanjung Banyuasin. Sejumlah sungai di pesisir Taman Nasional Sembilang (TNS) berhulu pada hutan rawa gambut Merang-Kepayang.
Dengan penyekatan parit yang dilakukan bersama masyarakat ini, air gambut bisa tertahan hingga di sekitar parit tetap basah dan sulit terbakar. untuk memperkuat ketahanan sekat/bloking Warga juga menanam jelutung di lokasi penyekatan.

Kanal di lahan gambut, tanpa mempertahankan batas tertentu ketinggian air di parit. Keadaan ini menyebabkan kandungan air gambut menyusut sehingga lahan menjadi kering sehingga lahan gambut mudah terbakar.

Kerusakan tata air di lahan gambut sering kali ditimbulkan oleh kegiatan manusia yang tidak terkendali, seperti membuat kanal-kanal sebagai alur transportasi kayu alam, menebang hutan, membakar ladang, dan lain-lain, kata Prasetyo Widodo, koordinator penyekatan parit dari Wahana Bumi Hijau (WBH) sebagai salah satu NGO Lokal di Sumatera Selatan yang konsen pada Pemberdayaan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, Selasa (1/7/14).

Bahaya kekeringan dan kebakaran mengancam. Guna berjaga-jaga dari kemungkinan kebakaran hutan dan lahan, warga di Kepayang Desa Kepayang, Kecamatan Bayung Lencir, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, menyekat kanal atau parit di Sungai Kepayang dan Sungai Nuaran.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*