Wahana Bumi Hiau Project


Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dalam Upaya Perlindungan dan Pelestarian Hutan Rawa Gambut di kawasan Penyangga Taman Nasional Sembilang, Kabupaten Musi Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Kegiatan dilaksanakan atas kerjasama WBH dengan CIDA/WIIP, Disnas Kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin, TN Sembilang, Masyarakat Lokal. Waktu Pelaksanaan Kegiatan Pada Tahun 2002 sampai dengan 2008, berlokasi di Desa Muara Merang Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan.

Berita Kegiatan YWBH Terbaru


Penetapan Direktur Eksekutif WBH Periode 2016 sampai 2020

Foto: Serah Terima Jabatan dari Direktur Eksekutif yang lama (Deddy Permana) kepada Direktur Eksekutif yang baru (Yulhendrawan)

WBH Sumsel – Rapat Dewan Pembina Yayasan Wahana Bumi Hijau yang dilaksanakan pada tanggal 5 – 7 Mei 2016 telah menetapkan beberapa keputusan hasil rapat diantaranya Penetapan Bapak Yulhendrawan, S.Si sebagai Direktur Eksekutif Yayasan Wahana Bumi Hijau (YWBH) periode 2016 – 2020 dan Ibu Uci Sulandari, S.Si, M.Si sebagai Direktur Representative Jakarta periode 2016 – 2020.
Secara umum kerja-kerja WBH diperiode kedepan masih konsen pada isu-isu pemberdayaan masyarakat dan lingkungan hidup sesuai visi misi organisasi mengingat masih banyak tugas-tugas yang harus dikerjakan kedepan tentunya kerjasama dengan berbagai pihak baik NGO lokal, Nasional dan Internasional masih tetap dibutuhkan dalam upaya mewujudkan cita-cita organisasi.

Read more…

Pendidikan Lingkungan Hidup

Dalam menjalankan berbagai program dan kegiatan lapangan, YWBH melakukan komunikasi dua arah dengan masyarakat di desa-desa yang menjadi prioritas dampingan YWBH dan Anak-anak sebagai Pelaku penerus masa depan lingkungan. Komunikasi dua arah ini sangat penting, karena Penduduk desa-desa biasanya memberikan informasi terkait tentang berbagai permasalahan dan kebutuhan mereka sehingga YWBH dapat memberikan bantuan yang tepat sasaran. Sejauh ini, permasalahan yang ditemui oleh YWBH adalah permasalahan yang berhubungan dengan kemiskinan, kesehatan, dan lingkungan hidup.

Program pendidikan kesehatan dan lingkungan di YWBH terbagi dua, yaitu program penyuluhan konservasi dan YWBH Perpustakaan Desa. Program penyuluhan konservasi biasanya dilangsungkan di balai desa dilakukan dengan kerjasama YWBH dengan pemerintah desa setempat, dilaksanakan dengan satu unit item kegiatan dilanjutkan dengan secara rutin pada saat-saat pendampingan oleh pendamping lapangan YWBH.

Program lain yang ada di dalam penyuluhan kesehatan dan lingkungan adalah YWBH Perpustakaan Desa. Program ini diharapkan dapat menumbuhkan minat baca bagi anak-anak dan orang dewasa, Program Pendidikan Lingkungan adalah kegiatan ekstrakurikuler yang mengajarkan tentang pendidikan kesehatan dan lingkungan bagi anak-anak umur 4 hingga 13 tahun. Awalnya anak-anak yang dipilih adalah anak-anak yang tinggal di daerah Sungai Lalan kabupaten Musi Banyuasin, daerah lokasi-lokasi yang terdapat sekolah dasar (SD). Pendidikan Lingkungan kemudian berkembang dan menjangkau sekolah-sekolah dasar yang terletak di sekitar Taman Nasional Sembilang (TNS) – Sumatera Selatan.

Kegiatan-kegiatan Pendidikan Lingkungan meliputi pengajaran tentang hutan hujan tropis, agroekosistem, pemisahan sampah, menanam (penanaman), makanan sehat, mencuci tangan, menyikat gigi, mendaurulang kertas, serta ancaman-ancaman terhadap lingkungan. Kegiatan yang sipatnya ektrakulikuler ini, anak-anak diajak melakukan field trip ke berbagai wilayah di TNS. Setelah itu, anak-anak yang terbaik dari tiap sekolah diajak untuk mengunjungi Taman Nasional Sembilang (TNS).

PLH merupakan upaya mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran mayarakat tentang nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian dan keselamatan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang. Pendidikan lingkungan hidup mempelajari permasalahan lingkungan khususnya masalah dan pengelolaan pencemaran, kerusakan lingkungan serta sumber daya dan konservasi.

Perubahan lingkungan semakin cepat terjadi, berbagai bencana datang silih berganti, sungguh merupakan fenomena yang menyentak pemikiran kita. Beberapa musibah bencana disebabkan oleh penurunan kualitas lingkungan, menjadikan kita berpikir kebelakang dan menghubungkan kejadian tersebut dengan proses pendidikan yang diterapkan. Musibah hutan gundul yang menyebabkan erosi dan longsor mengakibatkan banyak korban dikarenakan longsoran menimpa kawasan permukiman padat, permasalahan polusi udara di kota besar dikarenakan banyaknya penggunaan kendaraan bermotor, sikap penduduk yang masih membuang sampah sembarangan, dan masih banyak penyimpangan perilaku yang dapat menurunkan kualitas lingkungan.

Permasalahan diatas membuat kita berpikir apakah kepedulian masyarakat akan lingkungan sedang mengalami krisis, apakah selama ini pendidikan yang mengupayakan peningkatan kepedulian masyakat masih kurang atau kurang optimum. Hal tersebut yang menyebabkan kita harus berpikir bagaimana upaya-upaya yang perlu di tempuh agar masyarakat dapat meningkat kepeduliaannya terhadap lingkungan.

Aspek penting yang diterapkan dalam pembelajaran PLH adalah kognitif dan afektif. Aspek kognitif meliputi proses pemahanan, dan menjaga keseimbangan aspek-aspek yang lain. Materi PLH harus diberikan sebagai materi yang harus diketahui dan dipahami oleh mahasiswa, selanjutnya dikembangkan sendiri oleh mahasiswa.  Aspek afektif yang dapat diterapkan dalam PLH meliputi tingkah laku, nilai dan komitmen yang diperlukan untuk membangun masyarakat yang berkelanjutan (sustainable). Dalam PLH perlu diberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk membangun ketrampilan yang dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.

Pemberian informasi yang benar kepada masyarakat merupakan hal penting karena informasi merupakan petunjuk bagaimana seseorang dapat bertindak. Yayasan Wahana Bumi Hijau (YWBH) merupakan sebuah organisasi non pemerintah yang bergerak dibidang pemberdayaan masyarakat dan lingkungan hidup, merasakan bahwa transfer informasi kepada masyarakat sangatlah penting. Hal ini penting dalam membentuk pola fikir masyarakat yang mencintai lingkungan dengan sebenarnya.

SASARAN
Pendidikan Lingkungan Hidup dan Konservasi serta Habitatnya ini difokuskan untuk kalangan para pelajar mulai dari tingkat sekolah dasar sampai menengah keatas. Dengan pelaksanaan program pendidikan lingkungan hidup ini diharapkan mampu menarik minat anak-anak dan remaja serta sekolah untuk lebih mengenal lebih dekat lagi dan meningkatkan mutu kesadaran (awareness) tentang konservasi lingkungan hidup dan habitat didalamnya.

TUJUAN
Tujuan dari program pendidikan lingkungan hidup ini adalah:

  1. Penyadaran dan pemahaman tentang arti penting pelestarian hutan
  2. Menambah Pengetahuan tentang nilai-nilai lingkungan yang dapat ditanamankan kepada masyarakat.
  3. Menambah pengetahuan mengenai konsep-konsep pelestarian hutan dan tekhniknya dalam mengimplikasikannya dimasyarakat.
  4. Perubahan pola fikir tentang pentingnya pelestarian hutan dan dapat ditularkan kepada masyarakat sekitar.

OUTPUT
Output yang diharapkan dari program ini adalah:

  1. Tersebarnya informasi tentang hutan Indonesia yang dilindungi.
  2. Meningkatnya kepekaan dan sifat kritis masyarakat terhadap lingkungan.
  3. Penambahan pengetahuan tentang pelestarian hutan.
  4. Adanya aksi nyata dari masyarakat terhadap usaha-usaha pelestarian hutan dan habitatnya.
  5. Mengasah kemampuan bersosialisasi dan bekerjasama dalam team peserta didik.

Pengalaman Manjalankan Program

No.

Jenis Program/Kegiatan

Penerima Bantuan/sasaran

Lokasi Program

Deskripsi (Gambaran) Program

Donor

Lama Proyek (Dari – Sampai)

Jumlah

Kategori Penerima Bantuan

1

Wetlands and Poverty Reduction Project  (WPRP)

this project has been carried out with financial support from Wetlands International under its Wetlands and Poverty Reduction Project financial by the Dutch Ministry of Foreign Affairs (DGIS)

24 bulan (01 November 2006 – 31 Desember 2008)

Masyarakat Miskin sekitar hutan rawa gambut merang kepayang

Desa Muara Merang

2

Survey Investigasi Keberadaan Kanal dan Penutupan Kanal Buatan Bersama Masyarakat Desa Muara Medak Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyu Asin, Sumatera Selatan

South Sumatera Fire Forest Management Project (SSFFMP

Des 2005 – Nov 2006

Kanal buatan dan hutan rawa gambut

Masyarakat sekitar hutan

Desa Muara Medak

3

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dalam Upaya perlindungan dan Pelestarian Hutan Rawa Gambut di Kawasan Penyangga Taman Nasional Sembilang, Sumatera Selatan

Wildlife Habitat Canadian (WHC) & CIDA

30 Bulan (September 2002 – Desember 2004)

± 80 orang

Petani & Mantan Pembalok (logger)

Zona Penyangga Taman Nasional Sembilang, Kec. Bayung Lincir MUBA, Sumsel

4

Analisis Gender

South Sumatera Fire Forest Management Project (SSFFMP

3 bulan (Oktober – Desember 2004)

15 desa prioritas SSFFMP

15 desa prioritas SSFFMP di 3 kabupaten (OKI, MUBA, Banyuasin)

5

Survey sosial-ekonomi desa-desa sekitar hutan dan rentan terhadap kebakaran

South Sumatera Fire Forest Management Project (SSFFMP  )

3 bulan (September – November 2003)

10 desa

Sebagai proses untuk direkomendasikan desa-desa binaan SSFFMP

desa-desa sekitar hutan di kecamatan Bayung Lencir Kab. MUBA

6

Pendidikan Lingkungan Hidup untuk Anak-anak Sekolah Dasar, Kawasan Buffer Zone Taman Nasional Sembilang, Sumatera Selatan

Global Environment Centre (GEC)

8 Bulan (Januari – September 2002)

± 150 orang

Anak-anak Sekolah Dasar

Desa Karang Agung, Kec Bayung Lincir Kab. MUBA

7

Pelestarian hutan gambut melalui peningkatan perekonomian masyarakat local dengan budidaya lebah madu di zona penyangga Taman Nasional S embilang

Wetland Internasional – Indonesia Program (WI-IP)

10 bulan (Agustus 2002 – Mei 2003)

2 kelompok tani (25 orang)

Kelompok Tani

Desa sungsang IV kec. Sunsang Kab. MUBA Sumsel

8

Pendampingan Masyarakat Desa Muara Merang untuk Pengelolaan Hutan Rawa Gambut yang Lestari dan Berkelanjutan (Perpanjangan Program CCFPI November 2005 – October 2006)

Wildlife Habitat Canadian (WHC) & CIDA

12 Bulan (November 2005 – October 2006)

± 80 KK

Petani & Mantan Pembalok (logger)

Zona Penyangga Taman Nasional Sembilang, Kec. Bayung Lincir MUBA, Sumsel

Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri.
Yayasan Wahana Bumi Hijau (YWBH) menilai Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila warganya ikut berpartisipasi.
Suatu usaha/kerja hanya berhasil dinilai sebagai “pemberdayaan masyarakat” apabila kelompok komunitas atau masyarakat tersebut menjadi agen pembangunan atau dikenal juga sebagai subyek. yaitu masyarakat merupakan motor penggerak, dan bukan penerima manfaat (beneficiaries) atau obyek saja.
Pentingnya melakukan pendapingan terhadap masyarakat desa, sebagai salah satu upaya mengurangi tingkat kemiskinan di desa.
Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Masyarakat pelaku utama dan pelaku usaha lokal-lah yang memiliki pengetahuan, kearifan lokal dan keahlian. Peran Penyuluh Kehutanan sebagai fasilitator adalah untuk mendampingi dan mendengar serta belajar dari masyarakat, bukan mengajari masyarakat tentang problem dan kebutuhan mereka. Tetapi memfasilitasi agar masyarakat mampu menyelesaikan sendiri permasalahannya.

Tantangan Pemberdayaan Masyarakat
Desa yang ada di dalam dan di sekitar kawasan hutan adalah identik dengan masyarakat yang berekonomi lemah. Masyarakat sekarang ini cenderung lebih banyak memanfaatkan hutan daripada melestarikannya. Banyak program masuk desa tapi pelaksanaannya berjalan sendiri-sendiri. Banyak potensi hutan yang belum tergarap dengan maksimal dengan basis pelestarian di dalamnya seperti tumpang sari atau agroforestry atau hutan campuran. Lembaga-lembaga di tingkat bawah belum bersinergi, partisipasi masyarakat dalam melestarikan hutan masih rendah, termasuk kelompok perempuan. Untuk itu peluang dan tantangan ini perlu di analisis guna menemukan strategi pemberdayaan masyarakat yang efektif dan partisipatif.

Implementasi Program
Penyuluh Kehutanan melalui penyuluhannya harus mampu menjelaskan manfaat dan fungsi hutan secara lestari, melalui 3 kelola lestari yaitu kelola kawasan, kelola kelembagaan dan kelola usaha. Melalui pertemuan-pertemuan, musyawarah secara intens dan partisipatif dari masyarakat yang difasilitasi oleh Penyuluh Kehutanan membahas bersama dan di analisis dengan metode pemberdayaan rakyat yang partisipatif. Dari sini muncullah Skema Pemberdayaan Masyarakat yang disepakati bersama sekaligus merupakan strategi yang paling baik menurut mereka. Skema Pemberdayaan Masyarakat itu adalah rangkaian kegiatan yang harus dilalui dan dilaksanakan.
Subyeknya adalah Pemberdayaan Masyarakat di sekitar hutan yang kurang mampu atau marjinal dan Pemerintahan setempat yang terkait.

Beberapa Tahapan yang Harus dilakukan dalam Implementasi Program

  • Sosialisasi Program
  • Kajian Secara Partisipatif
  • Pelatihan Hasil Riset
  • Implementasi Hasil Pelatihan
  • Memberi Bantuan Keuangan Micro

Menjaring Aspirasi Masyarakat
Mengakomodasi aspirasi masyarakat pelaku utama dan pelaku usaha terhadap program yang di jalankan. Menentukan skala prioritas program sesuai dengan hasil kajian dan tujuan yang ingin dicapai. Prioritas program / kegiatan yang disetujui oleh masyarakat merupakan suatu jawaban terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh mereka. Inisiasi program harus sensitive gender. Dukungan dari pemerintah setempat desa / kabupaten di tuangkan dalam Surat Keputusan atau Perdes atau Perda.
Pembuatan Perdes diawali dengan mengadakan Rembug Desa yang membahas : Perencanaan Program Pembangunan Kehutanan lewat Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (Musrenbangdes) dan Pembuatan Peraturan Desa untuk mendukung Program

Melakukan Monitoring dan Evaluasi Kegiatan
Kegiatan monitoring dan evaluasi kadang masih dipandang sebelah mata, padahal kegiatan ini sangatlah penting untuk menunjang keberhasilan dan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari program yang sedang dan telah dilaksanakan. Monitoring dapat dilakukan dengan dua cara yakni : monitoring internal dan monitoring ekternal. Monitoring internal dilakukan dengan melibatkan tim pelaksana beserta mitra. Sedangkan monitoring eksternal dilakukan dengan melibatkan tim dari luar atau tim independen dan tim ahli dalam bidang pemberdayaan yang dilakukan. Hal ini dilakukan bukan untuk mencari kesalahan melainkan untuk pembelajaran program.

Struktur Pengurus Yayasan WBH

Badan Pembina    :

1. Ahmad Fadilan, SSi, MSi, MSc
2. Ahmad Nawawi, S.Si
2. Budiono, ST
4. Destika Cahyana, SP
5. Kamaliyah, S.Si


Badan Pengawas    :

1. Adiosyafri, S.Si
2. Deddy Permana, S.Si
3. Komaruddin, S.Si

Badan Pengurus  YWBH  :

Direktur Eksekutif : Yulhendrawan, S.Si
Deputy Director : Aprilino, S.Si
Manager Keuangan : Evi Kartini, S.Si
Divisi Pemberdayaan Ekonomi        .
: Iwan Saputra, S.Si

Pengurus Representative Jakarta :

Direktur Eksekutif : Uci Sulandari, S.Si, M.Si
Deputy Director : Syahroni, SP
Manager Keuangan : –
Divisi Pemberdayaan Ekonomi .
: –
Adm dan finance Officer : –

Konsultan Proyek / Unit Program   :

Koordinator Program Ford Foundation 
: Aidil Fitri, MA
Koordinator Program TFCA
: Adiosyafri, S.Si
Koordinator Program : Masrun Zawawi, SH
Village Facilitator : Sigid Widagdo, ST
Village Facilitator : Prasetyo Widodo, S.Si
Village Facilitator : Syahrial, SH
Village Facilitator : Bejo Dewangga
Consultant Finance (TFCA) : Riyas Maniar, AMd
Consultant Finance (Ford Foundation) : Lilia Ismarti, S.Si
GIS dan Pemetaan : Dede Ahdiyat Yani
KIP & peneliti NKT : Ismail, S.Si
Spesialis Dokumentasi/fotograper      . : Nur Fikri, S.Si
KIP & CSO Fasilitator : Fakhrizal Pulungan, S.Si

Struktur Pengurus Yayasan WBH

Badan Pembina    :

1. Ahmad Fadilan, SSi, MSi, MSc
2. Ahmad Nawawi, S.Si
2. Budiono, ST
4. Destika Cahyana, SP
5. Kamaliyah, S.Si


Badan Pengawas    :

1. Adiosyafri, S.Si
2. Deddy Permana, S.Si
3. Komaruddin, S.Si

Badan Pengurus  YWBH  :

Direktur Eksekutif : Yulhendrawan, S.Si
Deputy Director : Aprilino, S.Si
Manager Keuangan : Evi Kartini, S.Si
Divisi Pemberdayaan Ekonomi        .
: Iwan Saputra, S.Si

Pengurus Representative Jakarta :

Direktur Eksekutif : Uci Sulandari, S.Si, M.Si
Deputy Director : Syahroni, SP
Manager Keuangan : –
Divisi Pemberdayaan Ekonomi .
: –
Adm dan finance Officer : –

Konsultan Proyek / Unit Program   :

Koordinator Program Ford Foundation 
: Aidil Fitri, MA
Koordinator Program TFCA
: Adiosyafri, S.Si
Koordinator Program : Masrun Zawawi, SH
Village Facilitator : Sigid Widagdo, ST
Village Facilitator : Prasetyo Widodo, S.Si
Village Facilitator : Syahrial, SH
Village Facilitator : Bejo Dewangga
Consultant Finance (TFCA) : Riyas Maniar, AMd
Consultant Finance (Ford Foundation) : Lilia Ismarti, S.Si
GIS dan Pemetaan : Dede Ahdiyat Yani
KIP & peneliti NKT : Ismail, S.Si
Spesialis Dokumentasi/fotograper      . : Nur Fikri, S.Si
KIP & CSO Fasilitator : Fakhrizal Pulungan, S.Si

Pelestarian Lingkungan Hidup

Environmentalisme adalah filosofi, ideologi dan gerakan sosial yang luas mengenai masalah konservasi lingkungan dan peningkatan kesehatan lingkungan. Environmentalisme mendukung pelestarian, restorasi dan / atau perbaikan lingkungan alam, dan dapat disebut sebagai sebuah gerakan untuk mengendalikan pencemaran atau melindungi keanekaragaman tumbuhan dan satwa. Untuk alasan ini, konsep-konsep seperti etika lahan, etika lingkungan, keanekaragaman hayati, ekologi dan hipotesis biophilia hipotesis merupakan hal yang dominan.

Pada inti nya, environmentalisme adalah upaya untuk menyeimbangkan hubungan antara manusia dan berbagai sistem alam di mana manusia bergantung sedemikian rupa sehingga semua komponen mendapat perlakuan yang sesuai untuk kelestariannya. Lingkungan hidup dan masalah lingkungan sering diwakili oleh warna hijau.

Pada prakteknya, environmentalism berkaitan erat dengan ekologi, sebab ekologi menyediakan informasi tentang bagaimana kerusakan lingkungan mempengaruhi mahluk hidup dan bagaimana cara memperbaikinya.

BEBERAPA PERMASALAHAN LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

  • Cukup banyaknya kerusakan lingkungan yang terjadi.
  • Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya lingkungan hidup.
  • Kurangnya peralatan pengolah lingkungan di indonesia.
  • Kurangnya pengawasan dari pemerintah pusat maupun daerah.

BENTUK KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP
Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk kerusakan lingkungan hidup dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

  1. Bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Peristiwa Alam
  2. Beberapa bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor dan ulah manusia.

Pelestarian lingkunagn hidup yang dilakukan di Indonesia mengacu pada UU No.23 1997. UU ini berisi tentang rangkaian upaya untuk melindungi kemampuanlingkungan hidup terhadap terhadap tekanan perubahan dan dampak negative yang ditimbulkan suatu kegiatan. Upaya ini dilakukan agar kekayaan sumberdaya alam yang ada dapat berlanjut selama ada kehidupan.

Oleh karena itu Yayasan Wahana Bumi Hijau (YWBH) melihat pentingnya kegiatan-kegiatan utama dan pokok mempfokuskan pada kegiatan Pelestarian Lingkungan Hidup.

Riset


Written by Administrator


Monday, 26 May 2014 04:11

Yayasan Wahana Bumi Hijau (YWBH) melakukan Riset/Kajian kebijakan yang berbasis hasil Penelitian dan Pengembangan yang berkualitas dibidang pengelolaan sumberdaya alam, Lingkungan Hidup, lingkungan hidup, energi dan ketenagakerjaan (SDM) sektor industri, yang secara manajerial, intelektual, serta moral memberi kontribusi pada pengembangan Indonesia menjadi Negara Lebih Maju Baru.

  • Melakukan Riset dibidang sumberdaya alam, tata ruang hutan dan lahan, lingkungan hidup, energi yang menghasilkan rumusan kebijakan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
  • Menyelenggarakan proses kegiatan Riset secara efektif, efisien, dan cerdas yang sesuai dengan kaidah intelektualitas dan moral.
  • Membangun SDM Peneliti yang berkualitas dan profesional (handal, beretika dan sejahtera) melalui mekanisme pembelajaran berkesinambungan.
  • Meningkatkan iklim kerja yang kondusif dengan mengembangkan semangat kerja sama, saling percaya (mutual-trust), dan terbentuknya nilai-nilai bersama (shared value).
  • Membangun citra diri melalui kerja sama dan komunikasi secara intens dan berkesinambungan baik internal lembaga maupun ekternal lembaga

Program Kerja Prioritas

Dalam menjalankan Visi dan Misi Organisasi, Yayasan Wahana Bumi Hijau telah membentuk program kerja prioritas untuk dilaksanakan pada priode pengurus 2016 – 2020 :

1. Pendidikan lingkungan hidup pada usia dini
2. Pelatihan dan pendidikan sebagai usaha penguatan kapasitas lembaga
3. pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dampingan
4. Melakukan riset dan kajian  dalam membangun pangkalan data base lembaga
5. kampanye dan penyebaran informasi
6. Menjalin kerjasama dengan mitra secara intensif

 

Fokus Issu

– Perubahan Iklim dan Kerusakan Hutan serta Keanekaragaman Hayati
– Kemiskinan dan Krisis Pangan masyarakat di sekitar hutan, masyarakat urban dan pedesaan.
– Pengelolaan Sumberdaya Alam berbasis Masyarakat Lokal.
– Pelestarian Lahan Basah dan Hutan Rawa Gambut.
– Pengelolaan isu sampah, kampung hijau, desa ekologis, pengembangan demplot pertanian ekologis, pembinaan UKM-Koperasi-Bank Mikro-Usaha Desa
– Pengembangan kekuatan ekonomi lembaga dan ekonomi masyarakat dampingan dengan menggarap isu “Transformasi NGO ke Social Enterprise”.