2050 diperkirakan muka air laut naik, 2000 pulau terancam tenggelam

YOGJAKARTA, Fenomena perubahan iklim yang memicu kenaikan muka air laut, ribuan pulau terancam tenggelam.
“Menurut para ahli, pada 2050 akan ada kenaikan permukaan air laut setinggi 90 CM sehingga bisa menenggelamkan 2.000 pulau kecil di Indonesia,” kata staf ahli bidang kebijakan publik Kementerian Kelautan dan Perikanan, Achmad Poernomo pada peluncuran minat studi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim itu di Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta kemarin.

Poernomo mengatakan, apabila kondisi tersebut terjadi, maka akan ada 2.000 pulau yang tenggelam dan 42 juta rumah di pinggir pantai akan hilang.
“Kenaikan muka air laut merupakan salah satu risiko bencana yang timbul dari dampak perubahan iklim,” kata Pernomo seperti dikutip dari kantor berita Antara.
Menurut dia, dampak lain yang ditimbulkan perubahan iklim adalah adanya ketidakpastian musim dalam kegiatan penangkapan ikan serta perubahan migrasi ikan dan jumlah ikan yang terdampar semakin banyak.
Bencana dari dampak perubahan iklim itu, kata dia, perlu ditanggulangi dan diantisipasi oleh pemerintah dan masyarakat dengan mendukung program pembangunan secara berkelanjutan.
“Menteri Kelautan dan Perikanan sudah menulis surat memohon kepada seluruh kepala daerah untuk mengelola sumber daya secara berkelanjutan,” katanya.
Ketua Magister Manajemen Bencana UGM Sudibyakto mengatakan, hampir 85 persen bencana di Indonesia sangat terkait dengan fenomena perubahan iklim.
Meskipun memiliki tingkat risiko bencana yang sangat tinggi, kata dia, ketersediaan sumber daya manusia (SDM) dalam bidang penanggulangan bencana masih sangat terbatas.
“Jumlah SDM dalam bidang penanggulangan bencana tidak sebanding dengan risiko bencananya,” kata Sudibyakto.
Menurut dia, guna mengatasi adanya ketimpangan antara ancaman bencana dan ketersediaan SDM bidang menajemen bencana itu, Indonesia diperkirakan dalam kurun waktu 15 tahun ke depan membutuhkan SDM manajemen bencana sebanyak 1.500 sarjana, 250 magister, dan 50 doktor.
Selain SDM, kata dia, komitmen pemerintah daerah dalam mengalokasikan dana untuk program penanggulangan bencana masih sangat terbatas bahkan belum masuk skala prioritas.
“Kondisi itu menyebabkan program dan kegiatan pengurangan risiko bencana di daerah tidak dapat terencana dan terlaksana dengan baik,” katanya.

KLHK serahkan penghargaan jurnalis peliput isu lingkungan


Written by Administrator


Friday, 18 December 2015 12:01

JAKARTA, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya kembali memberikan penghargaan kepada sejumlah jurnalis peliput isu lingkungan hidup di Auditorium Manggala Wanabakti Jakarta kemarin.

Dalam rilisnya, Kepala Biro Humas KLHK, Eka W Soegiri mengungkapkan, kurang lebih 100 media, baik surat kabar nasional, daerah, maupun media online yang dipantau selama periode 1 Mei s/d 31 Oktober 2015 dan terkumpul jumlah berita yang terkait dengan Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebanyak 5.109 berita.

Peraih Anugerah Media berdasarkan jumlah berita yang dimuat pada media berturut-turut adalah: (1) Kompas dengan 761 berita, (2) Media Indonesia dengan 386 berita dan (3) Bisnis Indonesia sebanyak 234 berita.

Diberikan juga penghargaan kepada 6 jurnalis yang intens menulis tentang lingkungan hidup dan kehutanan yaitu: (1) Ichwan Susanto, Kompas, (2) Richaldo Hariandja, Media Indonesia, (3) Johanes Galuh Bimantara, Kompas, (4) Brigitta Isworo Laksmi, Kompas, (5) Maria Regina Oktavia, Sinar Harapan dan (6) Ari Supriyanti Rikin, Suara Pembaruan.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga memberikan penghargaan Anugerah Media dengan kategori khusus yaitu media yang mendukung langsung kebijakan KLHK, dalam hal ini Kampanye Pelestarian Jambul Kuning yang diraih oleh Detik.com serta media yang memberikan kritik konstruktif yang diraih oleh Majalah Tempo.

Terakhir, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan memberikan penghargaan kepada Vincent Caesar Jansius Luhur sebagai pembuat logo “Ayo Ke Taman Nasional”.

KLHK Canangkan Ayo ke Taman Nasional


Written by Administrator


Friday, 18 December 2015 10:57

JAKARTA, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencanangkan promosi taman nasional dengan tema “Ayo Ke Taman Nasional” pada hari Selasa, 15 Desember 2015 di Auditorium Manggala Wanabakti Jakarta.

Pencanangan yang dilakukan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya tersebut sekaligus memperingati Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional 2015.
Pada kesempatan tersebut Menteri Siti Nurbaya juga secara simbolis meluncurkan bus karyawan berlogo taman nasional.
Siti Nurbaya dalam rilisnya menjelaskan, Taman Nasional merupakan kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
Saat ini, di Indonesia terdapat 51 Taman Nasional dengan total luasnya mencapai 16 juta ha lebih, bahkan 6 taman nasional diantaranya telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai cagar biosfer, 6 taman nasional sebagai Warisan Dunia, dan 2 sebagai situs Ramsar (perjanjian internasional untuk konservasi dan pemanfaatan lahan basah secara berkelanjutan).
Juga terdapat dua taman nasional berstatus sebagai cagar biosfer dan warisan dunia, yaitu TN Gunung Leuser dan TN Komodo.
Diambilnya tema “Ayo Ke Taman Nasional” diharapkan dapat menginspirasi publik untuk mengenal lebih jauh potensi taman nasional di Indonesia sekaligus dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke taman nasional. Hal ini sejalan dengan Target Pariwisata Nasional 2015-2019 yang ditetapkan Presiden yaitu meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 20 juta dan wisatawan nusantara mencapai 275 juta orang dalam 5 tahun.

Dari kawasan konservasi, ditargetkan kunjungan minimal 1,5 juta dari wisatawan mancanegara dan minimal 20 juta orang wisatawan nusantara dalam 5 tahun mendatang.

Konservasi Laut Berbasis Masyarakat di Kepulauan Seribu

Wahana Bumi Hijau, BL – Sinyal positif menjadi bagian dari upaya konservasi berbasis masyarakat. Selain memastikan upaya perlindungan berbagai keanekaragaman hayati lebih efektif, hal itu juga terbukti mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat disekitar dan didalam kawasan.

Di Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNLKpS), Jakarta, misalnya. Masyarakat diarahkan untuk mengembangkan berbagai kegiatan ekowisata seperti adopsi karang di bawah bimbingan Balai TNLKpS, unit pelaksana teknis di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Dampaknya masyarakat memiliki alternatif mata pencaharian yang ramah lingkungan dan kesehatan terumbu karang bisa terjaga.

Harmoni kehidupan tersebut terpantau di sela Pelatihan Identifikasi Kesehatan Terumbu Karang yang diselenggarakan Ecodiver Journalist, 23-34 Mei 2015 yang lalu. Mahmudin (50 tahun), salah satu tokoh masyarakat di Pulau Pramuka, menuturkan kegiatan adopsi karang bermula pada awal tahun 2000-an. Saat itu salah satu mata pencaharian masyarakat adalah mengambil terumbu karang di alam dan menjualnya kepada pengepul sebagai pelengkap akuarium.

“Petugas memang selalu melarang, tapi mengambil terumbu karang adalah sumber pendapatan kami saat itu,” kata May, panggilan akrab Mahmudin.

Balai TNLKpS kemudian mencoba pendekatan baru. Masyarakat dilatih untuk melakukan penangkaran karang. Mereka diperbolehkan memperdagangkan karang hasil penangkaran dengan syarat merupakan keturunan kedua. Sementara indukannya dikembalikan ke lautan. “Sejak itu, kami berhenti mengambil karang,” kata May yang bersama rekan-rekannya kini mengelola kelompok Pondok Karang.

Belakangan, pola penangkaran karang hias itu juga menarik minat wisatawan untuk terlibat. Bedanya, terumbu karang hasil penangkaran yang dilakukan wisatawan tidak dijual, tapi sepenuhnya dikembalikan ke lautan. Pola ini, kata May, mendongkrak pendapatan masyarakat. Dampaknya sekarang, masyarakat kini lebih banyak melakukan penangkaran untuk dikembalikan ke alam ketimbang untuk tujuan perdagangan.

Kesadaran masyarakat untuk melestarikan terumbu karang pun makin menguat. Kini masyarakat menjalankan inisiatif perlindungan terumbu karang dengan mengelola Areal Perlindungan Laut (APL) seluas 16,5 hektare di sebelah Utara Pulau Pramuka.

Areal tersebut ditutup dari berbagai aktivitas seperti pemancingan ikan, maupun kegiatan wisata seperti snorkeling dan menyelam. Masyarakat juga memperkaya terumbu karang yang ada dengan berbaga jenis karang dari seluruh Indonesia. “Saat ini sudah ada 400 jenis karang,” kata May.

Inisiatif yang dilaksanakan sejak 2013 itu menunjukan gejala keberhasilan. Kemunculan jenis ikan yang sebelumnya sulit ditemui adalah bukti yang nyata. Menurut May, pada awal dikelola, pihaknya melepas sekitar 20 ekor ikan badut (clownfish) dari berbagai jenis di APL. Ikan yang terkenal karena berperan sebagai Nemo, dalam film animasi itu kemudian berkembang biak hingga sempat mencapai 400 ekor.

Masyarakat rela berkorban waktu dan biaya dalam mengelola APL. Sejauh ini tak ada pendapatan yang diperoleh masyarakat dari mengelola areal tersebut. Namun, mereka berencana untuk mengajukan izin pengelolaan pariwisata alam (IPPA) kepada Balai TNLKpS, tiga-empat tahun lagi setelah areal tersebut dinilai telah benar-benar pulih.

“Nanti hanya wisatawan dengan sertifikat tertentu yang sudah pasti tidak merusak karang yang boleh berkunjung ke APL,” ujar May.

Keinginan May dan rekan-rekannya mendapat dukungan. Kepala Seksi III Balai TNLKpS Untung Suripto mengungkapkan, APL berada pada zona pemanfaatan tradisional di TNLKpS yang memungkinkan untuk dikelola oleh masyarakat. “Areal tersebut bisa menjadi spot wisata premium bagi penyelam atau peminat snorkeling,” katanya.

Untung menjelaskan, kegiatan konservasi berbasis masyarakat memang menjadi agenda utama pengelolaan taman nasional satu-satunya di Ibukota Jakarta itu. Keberadaan masyarakat dan akses taman nasional yang terbuka di lautan membuat pelibatan masyarakat dalam upaya konservasi bukan lagi pilihan, tapi keharusan.

Pakar karang The Nature Conservancy (TNC) Rizya Ardiwijaya mengakui dampak positif sinergi masyarakat di TNLKpS. Rizya bersama sejumlah wartawan sempat melakukan penyelaman di dua titik, yaitu Sea Garden dan Panggang Timur. Menurut dia, ekosistem perairannya memang menghadapi banyak persoalan. “Namun secara umum terumbu karang di sini cukup baik, tak ditemukan adanya penyakit terutama di spot Panggang Timur,” pungkasnya. (Sugiharto Budiman/ Eco Diver Journalists) Sumber: Berita Lingkungan

Ilmuwan Memperkirakan Bumi Akan Kembali Dihantam Megatsunami

Sejumlah ilmuwan mengklaim telah menemukan bukti adanya megatsunami yang menghapus peradaban manusia.

Mereka bahkan mengatakan, megatsunami yang mencapai tinggi 800 kaki atau sekitar 243 meter itu dipercaya akan datang kembali, dan bisa lebih dahsyat.

“Mereka meyakini hal tersebut setelah menemukan bukti terkait hal itu dalam penelitian di Afrika Barat. Tepat di Pulau Cape Verde,” demikian dikutip dari DailyMail, Minggu (4/10/2015).

Dari penelitian itu, para ilmuwan mengklaim menemukan bukti-bukti yang menunjukkan adanya kehancuran sebuah peradaban sekitar 73 ribu tahun lalu.

Kehancuran itu berawal dari letusan Gunung Fogo di Pulau Cape Verde yang memicu munculnya gelombang air setinggi 243 meter yang mampu menyapu wilayah daratan hingga sejauh 48,3 kilometer dari bibir pantai.

“Inti dari penelitian ini, kami menemukan fakta bahwa lereng gunung bisa runtuh dengan sangat cepat dan serempak saat erupsi, dan setelah itu memuncullah tsunami yang luar biasa besarnya,” ujar Ricardo Ramalho, penulis penelitian itu seperti dikutip DailyMail dari jurnal Science Advances.

Para ilmuwan meyakini, kemungkinan besar megatsunami seperti ini di Pulau Cape Verde akan terjadi lagi dalam kurun waktu beberapa puluh ribu tahun mendatang.

Saat ini Gunung Fogo, salah satu gunung berapi paling aktif dan paling besar di dunia, memiliki ketinggian 2.829 meter dari permukaan laut, dan bererupsi setiap 20 tahun sekali. Di dekatnya terdapat Pulau Santiago yang dihuni lebih dari 250.000 orang.

Saat megatsunami terjadi di Fogo, menurut ilmuwan, gelombang laut mampu mengangkat bebatuan sebesar 160 kilometer kubik. Inilah yang meyakini ilmuwan bahwa tsunami yang terjadi kala itu mencapai ketinggian 243 meter.

Sebagai perbandingan, tsunami terbesar yang terjadi baru-baru ini, yakni saat menghantam laut India pada 2004 dan Jepang bagian Timur pada 2011, hanya mencapai 30 meter. Namun ini disebabkan oleh pergerakan gempa di bawah laut.

Ahli tsunami dari University College London yang tidak ikut serta dalam penelitian ini, meyakini adanya bukti-bukti tersebut. Berdasarkan hasil penelitiannya beberapa tahun lalu, McGuire yakin jika megatsunami bisa datang setiap 10.000 tahun sekali. (Daily Mail/CI) Sumber: BeritaLingkungan

Greenpeace Ekspos Hutan Gambut Terbakar yang Ditanami Kelapa Sawit

Greenpeace Asia Tenggara hari ini meliris berbagai foto dan video yang menunjukkan bibit sawit baru saja ditanam di lahan gambut yang sudah hancur terbakar beberapa kali di pinggir kawasan konservasi orangutan.

Sebelumnya Kepala Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugrohomelalui akun twitternya juga menshare foto kemudian menjadi viral di media sosial. “Habis bakar terbitlah sawit,” foto tersebut menunjukkan lahan yang dipenuhi dengan tunggul kayu yang terbakar dengan bibit sawit yang tersusun rapi.

Dalam rilisnya yang diterima Beritalingkungan.com, pihak Greenpeace menyerukan kepada pemerintah Indonesia untuk memastikan tidak ada yang bisa mengambil keuntungan dari deforestasi yang diakibatkan oleh krisis asap dan mengharuskan seluruh hutan dan gambut yang telah terbakar untuk direstorasi.


“Peta-peta yang tersedia saat ini namun sudah berusia tiga tahun lalu, menunjukkan tidak adanya konsesi (HGU) perkebunan kelapa sawit yang diberikan di dalam kawasan yang diinvestigasi Greenpeace,”kata Annisa Rahmawati, Juru Kampanye Hutan, Greenpeace Asia Tenggara.


Dikatakan, pemerintah menolak merilis peta terbaru untuk dianalisis, sementara bulan lalu KPK telah menyatakan bahwa ada royalti dari penebangan hutan yang tidak dilaporkan dengan nilai kerugiannya mencapai 9 miliar Dollar Amerika selama satu dekade terakhir. Minggu lalu, kebakaran yang mencurigakan di bagian keuangan Kantor Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dicurigai telah menghancurkan bukti-bukti yang penting. Kini polisi sedang menyelidiki tindakan kriminal dalam kasus ini.


“Kebakaran hutan tahun ini menjadi salah satu bencana terburuk yang pernah dialami negara ini. Sangat tidak masuk akal jika sampai ada yang mengambil keuntungan dari krisis ini. Presiden Jokowi telah menginstruksikan restorasi setelah kebakaran selesai – ini berarti merestorasi hutan dan lahan gambut, bukan menanaminya dengan kelapa sawit,” ujarnya.

Juru bicara Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menanggapinya dengan menegaskan bahwa industri kelapa sawit telah menjadi korban dari kampanye hitam, yang menunjukkan bahwa penanaman bibit sawit tersebut bagian dari upaya menghancurkan citra industri sawit Indonesia.

Bagaimana pun, ketika Greenpeace mengunjungi daerah tersebut pada 27 Oktober lalu, warga lokal mengatakan kepada Greenpeace bahwa kawasan itu telah terbakar dua kali, dan sekitar satu bulan terakhir tampaknya telah dimulai penanam kelapa sawit.

“Polisi masih menyelidiki kawasan ini untuk mencari tahu jika terdapat tindak kejahatan. Namun seseorang telah mencoba memanfaatkan kebakaran ini untuk membangun perkebunan sawit. Siapa pemilik lahan ini? Apakah api ini untuk tujuan tertentu? Kita tidak tahu sampai pemerintah merealisasikan janjinya untuk mempublikasikan peta konsesi dan meminta pertanggungjawabkan dari pihak-pihak terkait,” kata Annisa. (Marwan) (Sumber; beritalingkungan)

Peran Industri Hulu Minyak dan Gas Bumi terhadap Lingkungan Hidup


Written by Administrator


Thursday, 26 November 2015 11:43

Industri ekstraktif termasuk industri hulu minyak dan gas bumi (migas) kerap dituding merusak lingkungan. Benarkah demikian? Bagaimana negara menjamin bahwa kegiatan hulu migas tidak berdampaik buruk pada lingkungan?

Perlindungan lingkungan memang menjadi salah satu isu yang menjadi perhatian utama dalam industri hulu migas. Tata kelola yang buruk dalam proses eksplorasi dan produksi tidak hanya menyebabkan kerugian finansial, tetapi juga akan merusak lingkungan sekitar.

Untungnya, sektor hulu migas sepenuhnya dikontrol oleh negara. Seluruh pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup dalam kegiatan usaha hulu migas diawasi oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sejak tahap eksplorasi hingga produksi. Mulai waktu menyusun rencana kerja dan anggaran (work program and budget/WP&B) hingga tahap pelaksanaan di lapangan, SKK Migas selalu mengawasi kontraktor kontrak kerja sama (kontraktor KKS). SKK Migas juga mewajibkan kontraktor KKS melakukan kajian awal saat akan mengoperasikan sebuah wilayah kerja melalui penyusunan Rona Lingkungan Awal (Environmental Baseline Assessment/EBA).

Studi EBA akan menginformasikan daya dukung lingkungan permukaan untuk kegiatan eksplorasi dan produksi migas. Sementara dalam melakukan pengelolaan limbah sisa operasi dan sisa produksi, SKK Migas mendorong kontraktor KKS untuk menerapkan prinsip 5RTD, yakni reduce, reuse, recycle, replace, return to supplier, treatment, serta disposal.

Sejak tahun 2002, industri hulu migas mengikuti Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER). Program dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ini berupa kegiatan pengawasan dan pembinaan terhadap penanggung jawab baik usaha ataupun kegiatan di bidang pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup serta pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Setiap tahun, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan memberikan penghargaan PROPER dengan tujuan mendorong perusahaan untuk taat terhadap peraturan lingkungan hidup dan mencapai keunggulan lingkungan (environmental excellency).

Pada tahun 2014, 90,25 persen kontraktor KKS telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pencapaian tersebut membuktikan bahwa industri hulu migas turut peduli terhadap pengelolaan lingkungan dalam menjalankan kegiatan usaha dan bertanggung jawab kepada masyarakat sekitar.

Tak hanya itu, kontraktor KKS juga wajib melakukan pemulihan bekas penambangan (site restoration). Area yang sebelumnya menjadi bagian aktivitas usaha hulu migas harus dikembalikan ke kondisi semula seperti saat sebelum kegiatan eksplorasi dimulai. Kontraktor KKS wajib mencadangkan dana ASR (abandonment and site restoration) saat menyusun rencana pengembangan lapangan (plan of development/POD) untuk keperluan restorasi dan rehabilitasi wilayah kerja.

Dana yang dicadangkan disesuaikan dengan kondisi fisik lapangan migas dan harus ditempatkan di bank nasional milik pemerintah dan disetorkan setelah POD disetujui. Pencadangan dana ASR tidak hanya menjamin kondisi lingkungan tetap terlindungi pasca kegiatan operasi migas, tetapi juga memberikan efek lingkup berganda (multiplier effect) bagi perbankan nasional. Bank nasional menjadi lebih sehat karena memiliki rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) yang bagus dengan adanya penempatan dana ASR.

Pada fase ini, SKK Migas bertugas memastikan kontraktor KKS menjalankan proses penutupan dan pemulihan tambang dengan benar. Ke depan, SKK Migas terus fokus mendorong kreativitas industri hulu migas dalam membuat terobosan terkait pengelolaan lingkungan hidup. (Sumber: Liputan6)

Kota-kota penerima penghargaan Adipura 2015


Written by Administrator


Tuesday, 24 November 2015 11:16

Kementerian Lingkungan dan Kehutanan (KLHK), kembali memberikan penghargaan Adipura untuk pemerintah kabupaten kota dan provinsi yang dinilai memiliki kinerja luar biasa dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Pemberian penghargaan Adipura yang dirangkaikan dengan pemberian penghargaan Proper dikemas dalalam acara Malam Anugerah Lingkungan 2015 di Gedung Bidakara pada hari Senin (23/11/2015).
Acara tersebut dihadiri oleh Wakil Presiden RI Bapak M. Jusuf Kalla serta Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya.

Penghargaan terhadap pemerintah daerah diberikan melalui penilaian Adipura terhadap 357 kota dan ibukota kabupaten seluruh Indonesia.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya dalam rilisnya menjelaskan, penilaian nasional Adipura selama empat tahun terakhir mengalami kenaikan dari 63,31 menjadi 67,51. Kenaikan sebesar 6,63% ini merupakan indikasi kenaikan kualitas lingkungan hidup perkotaan secara nasional.

Terdapat pengetatan kriteria dalam rangka mendorong pemenuhan ketentuan Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, yaitu menggunakan kriteria TPA yang operasionalnya minimal Controlled Landfill (lahan urug terkontrol).

Hal ini diindikasikan dengan Nilai TPA ≥ 74 untuk kategori kota Kecil dan Sedang serta Nilai TPA ≥ 72 untuk kategori kota Besar dan Metropolitan.

Jadi jika ada suatu kota memiliki Nilai Adipura ≥ 75 namun nilai TPA-nya tidak memenuhi kriteria di atas maka kota tersebut tidak akan diberikan penghargaan Adipura.

Berikut ini  daftar kota peraih Anugerah Adipura 2014-2015 :
Kota Peraih Anugerah Adipura Kencana:
1 Kota Surabaya Jawa Timur
2 Kota Balikpapan Kalimantan Timur
3 Kota Kendari Sulawesi Tenggara

Kota Peraih Anugerah Adipura:
1 Kota Tangerang Banten
2 Kota Palembang Sumatera Selatan
3 Kota Semarang Jawa Tengah
4 Kota Bandung Jawa Barat
5 Kota Makassar Sulawesi Selatan
6 Kota Malang Jawa Timur
7 Kota Denpasar Bali
8 Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan
9  Kota Jambi Jambi
10 Kota Payakumbuh Sumatera Barat
11 Kabupaten Banyumas Jawa Tengah
12 Kota Palopo Sulawesi Selatan
13 Kota Probolinggo Jawa Timur
14 Kabupaten Tulung Agung Jawa Timur
15 Kabupaten Jombang Jawa Timur
16 Kota Gorontalo Gorontalo
17 Kota Pasuruan Jawa Timur
18 Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur
19 Kota Tebing Tinggi Sumatera Utara
20 Kota Pare-pare Sulawesi Selatan
21 Kota Madiun Jawa Timur
22 Kabupaten Jepara Jawa Tengah
23 Kabupaten Kudus Jawa Tengah
24 Kota Bau-Bau Sulawesi Tenggara
25 Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan
26 Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur
27 Kota Cimahi Jawa Barat
28 Kota Bitung Sulawesi Utara
29 Kabupaten Lahat Sumatera Selatan
30 Kota Blitar Jawa Timur
31 Kota Magelang Jawa Tengah
32 Kota Bontang Kalimantan Timur
33 Kota Jayapura Papua Sedang
34 Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat Kalimantan Tengah
35 Badung Kabupaten Badung Bali
36 Lamongan Kabupaten Lamongan Jawa Timur
37 Turikale Kabupaten Maros Sulawesi Selatan
38 Pati Kabupaten Pati Jawa Tengah
39 Nganjuk Kabupaten Nganjuk Jawa Timur
40 Liwa Kabupaten Lampung Barat Lampung
41 Ciamis Kabupaten Ciamis Jawa Barat
42 Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan
43 Tuban Kabupaten Tuban Jawa Timur
44 Watansoppeng Kabupaten Soppeng Sulawesi Selatan
45 Sragen Kabupaten Sragen Jawa Tengah
46 Kepanjen Kabupaten Malang Jawa Timur
47 Prabumulih Kota Prabumulih Sumatera Selatan
48 Enrekang Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan
49 Tahuna Kabupaten Kepulauan Sangihe Sulawesi Utara
50 Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan
51 Muara Enim Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan
52 Marisa Kabupaten Pohuwato Gorontalo
53 Boyolali Kabupaten Boyolali Jawa Tengah
54 Batang Kabupaten Batang Jawa Tengah
55 Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara
56 Bulukumba Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan
57 Bangko Kabupaten Merangin Jambi
58 Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur
59 Karanganyar Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah
60 Indramayu Kabupaten Indramayu Jawa Barat
61 Pacitan Kabupaten Pacitan Jawa Timur
62 Banjar Kota Banjar Jawa Barat
63 Kolaka Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara
64 Bintan Timur Kabupaten Bintan Kepulauan Riau
65 Biak Kabupaten Biak Numfor Papua

Kota Peraih Sertifikat Adipura:
1 Kota Depok
2 Kota Padang
3 Kota Bogor
4 Kota Surakarta
5 Rangkas Bitung Kabupaten Lebak
6 Sungai Penuh Kabupaten Kerinci
7 Muara Bulian Kabupaten Batang Hari
8 Manggar Kabupaten Belitung Timur
9 Toboali Kabupaten Bangka Selatan
10 Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan
11 Pasir Pengaraian Kabupaten Rokan Hulu
12 Tanjung Pinang Kota Administratif Tanjung Pinang
13 Pematang Siantar Kota Pematang Siantar
14 Cianjur Kabupaten Cianjur
15 Sukabumi Kota Sukabumi
16 Salatiga Kota Salatiga
17 Muntilan Kabupaten Magelang
18 Kediri Kota Kediri
19 Gresik Kabupaten Gresik
20 Ambon Kota Ambon
21 Palu Kota Palu
22 Palangkaraya Kota Palangkaraya
23 Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi
24 Rengat Kabupaten Indragiri Hulu
25 Tanjung Balai Kota Tanjung Balai
26 Stabat Kabupaten Langkat
27 Sidikalang Kabupaten Dairi
28 Pagar Alam Kota Pagar Alam
29 Baturaja Kabupaten Ogan Komering Ulu
30 Pangkalan Balai Kabupaten Banyuasin
31 Kuningan Kabupaten Kuningan
32 Temanggung Kabupaten Temanggung
33 Wonosobo Kabupaten Wonosobo
34 Brebes Kabupaten Brebes
35 Kraksaan Kabupaten Probolinggo
36 Mojosari Kabupaten Mojokerto
37 Bangil Kabupaten Pasuruan
38 Ngawi Kabupaten Ngawi
39 Caruban Kabupaten Madiun
40 Trenggalek Kabupaten Trenggalek
41 Wonosari Kabupaten Gunung Kidul
42 Wates Kabupaten Kulon Progo
43 Suwawa Kabupaten Bone Bolango
44 Sinjai Kabupaten Sinjai
45 Jeneponto Kabupaten Jeneponto
46 Pattallassang Kabupaten Takalar
47 Kotamobagu Kota Kotamobagu
48 Unaaha Kabupaten Konawe
49 Sendawar Kabupaten Kutai Barat
50 Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan
51 Paringin Kabupaten Balangan
52 Rantau Kabupaten Tapin
53 Amuntai Kabupaten Hulu Sungai Utara
54 Tanjung Kabupaten Tabalong
55 Marabahan Kabupaten Barito Kuala
56 Muara Teweh Kabupaten Barito Utara
57 Sukamara Kabupaten Sukamara
58 Nanga Bulik Kabupaten Lamandau
59 Tamiyang Layang Kabupaten Barito Timur
60 Malinau Kabupaten Malinau
61 Atambua Kabupaten Belu
62 Amlapura Kab. Karang Asem
63 Negara Kabupaten Jembrana
64 Serui Yapen Maropen
65 Wamena Kabupaten Jayawijaya
66 Sentani Kabupaten Jayapura
67 Nabire Kabupaten Nabire
68 Waisai Raja Ampat
69 Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo

Menjadi Penerus Kelestarian Badak Sumatera


Written by Administrator

Harapan, di dalam namanya ada doa dan asa kelestarian Badak Sumatra. Nama itu adalah satu dari tiga Badak Sumatra yang lahir di Kebun Binatang Cincinnati, Amerika Serikat pada 2007. Ada harapan besar padanya untuk menjadi penerus kelestarian badak Sumatera. Lantaran Harapan akan kembali ke Indonesia Oktober 2015.

Dua kakak Harapan, yaitu Andalas dan Suci, secara berurutan lahir pada 2001 dan 2004 di kebun binatang yang sama. Andalas telah lebih dulu kembali ke Suaka Badak Sumatera (Sumatran Rhino Sanctuary/SRS). Andalas sendiri telah memiliki anak hasil perkawinan dengan Ratu bernama Andatu. Sedangkan saudara perempuan Harapan, Suci telah mati.

Mengutip dari laman resmi Cincinnati Zoo, Harapan lahir dari pasangan Emi dan Ipuh. Satu tahun setelah kelahirannya, Harapan pindah ke Pusat Konservasi White Oak di Yulee, Florida, lalu ke Kebun Binatang Los Angeles, California. Kemudian pada Juli 2013, ia kembali lagi ke Cincinnati.

Dua tahun terakhir, badak yang tahun 2015 ini berumur 8 tahun dalam keadaan tidak fit-yang diduga karena pengaruh makanan yang berbeda dengan di habitat aslinya. Melihat usianya, Harapan sudah masuk dalam kategori matang kelamin dan siap untuk dikawinkan. Pasangan potensial badak berbulu ini hanya ada di SRS, sebuah fasilitas pengembangbiakan badak semi alami di Taman Nasional Way Kambas, Lampung. Suaka ini merupakan tempat konservasi yang sesuai habitat aslinya satu-satunya di Indonesia. Suaka ini berupa hutan alam seluas 100 hektar, yang terbagi menjadi 10 petak dan dikelilingi oleh pagar beraliran listrik. Pagar listrik digunakan untuk mengamankan badak di dalam kawasan dan mencegah gangguan satwa liar dari luar.

Suaka Rhino Sumatera adalah sebenar-benar harapan bagi Harapan. Lantaran di dalamnya tinggal saudara tua Harapan yaitu Andalas yang tahun 2012 lalu menjadi seorang ayah dari Andatu. Di tempat itu pula ada tiga betina potensial sebagai pasangan Harapan yang bernama Ratu, Rosa dan Bina. Pada kepulangan yang direncanakan bulan Oktober nanti, Harapan dijadwalkan untuk bertemu trio badak betina tersebut.

Saat ini, selain Harapan dan Andalas, ada tujuh badak Sumatera lain yang hidup di penangkaran seluruh dunia. Bila dihitung dengan badak yang hidup di alam liar, populasi spesies itu kurang dari 100 ekor. Harapan masih beruntung mudik dalam keadaan utuh. Kondisinya tak semengenaskan nasib saudara jauhnya dari Afrika Selatan bernama Hope. Pada awal Juni 2015 lalu, Hope ditemukan dalam muka separuh berlubang akibat perburuan untuk diambil culanya. Hope kini sudah dalam penangkaran untuk proses penyembuhan.

Kisah Harapan dan Hope adalah nukilan nasib hewan mamalia yang terancam punah di seluruh dunia. Pada 22 September nanti, para binatang bercula ini akan merayakan hari Badak Internasional yang tahun ini mengambil tema “Five Rhino Species Forever”. Tema itu mewakili lima spesies yang kini masih tersisa di dua benua ini yaitu Afrika dan Asia. Dari Afrika ada Badak Hitam dan Badak Putih. Adapun Asia diwakili oleh Badak Jawa, Badak Sumatra dan Badak India.

Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) melalui Tropical Forest Conservation Action (TFCA) Sumatera ikut melestarikan keberadaan hewan langka ini dengan bekerja sama bersama Yayasan Badak Indonesia (YABI). “Keberlangsungan hidup Badak Sumatra adalah salah satu tanggung jawab kami menjaga keanekaragaman hayati Sumatra ,” ujar Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI M.S. Sembiring.

Badak yang bernama latin Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis ini diperkirakan hanya tinggal 100 individu saja dengan sebaran hanya di tiga bentang alam yakni Taman Nasional Way Kambas, Bukit Barisan Selatan dan Gunung Leuser. Populasinya di Taman Nasional Way Kambas diperkirakan 27 – 30 individu dan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) ada sekitar 48 – 50 individu (YABI, 2011). Hal ini senada dengan perkiraan para ahli yang mengatakan bahwa tidak ada satu pun populasi badak Sumatera yang jumlah individunya dalam satu wilayah jelajah melebihi 75 ekor. “TFCA-Sumatera melalui mitranya berniat untuk menjadikan sisa populasi badak tersebut dalam kondisi yang dapat melangsungkan hidupnya dalam jangka panjang (viable population),” imbuh Samedi, Direktur Program TFCA-Sumatera.

Ukuran tubuhnya paling kecil dibandingkan dengan jenis badak lainnya. Tingginya sekitar 120-145 sentimeter, dengan panjang sekitar 250 cm, dan berat 500 – 800 kilogram (Foose et al, 1997). Badak Sumatera adalah satu-satunya badak asia yang memiliki dua cula. Panjang cula depan biasanya berkisar antara 25 – 80 cm, sedangkan cula belakang biasanya relatif pendek dan tidak lebih dari 10 cm. Ciri-ciri lainnya adalah telinga yang besar, kulit berwarna coklat keabu-abuan atau kemerahan – sebagaian besar ditutupi oleh rambut dan kerut di sekitar matanya.

Habitatnya mencakup hutan rawa dataran rendah hingga hutan perbukitan -meskipun umumnya menyukai hutan dengan vegetasi yang sangat lebat. Daya jelajahnya tinggi. Makanan hewan soliter ini adalah buah (khususnya mangga liar dan buah fikus), daun-daunan, ranting-ranting kecil dan kulit kayu. Keberadaan hewan mamalia ini dilindungi UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan masuk dalam status kritis (Critically Endangered) berdasar Red List of Threatened Species IUCN (International Union For Conservation of Nature). Spesies ini juga masuk dalam daftar Appendix I CITES, yang artinya tidak boleh diekspor kecuali untuk kepentingan non-komersial dengan perizinan yang sangat ketat.

Ancaman terhadap Badak Sumatra datang dari perburuan untuk diambil culanya dan hilangnya serta terfragmentasinya habitat hutan alamnya. Hampir di seluruh wilayah penyebarannya tempat hidup badak telah beralih menjadi penggunaan lain seperti kelapa sawit, karet dan tanaman pertanian lainnya. Ancaman-ancaman ini kelak akan membuat Harapan dan teman-temannya hanya tinggal nama (baca: punah). Keberlanjutan hidup badak Sumatra sangat bergantung pada upaya serius untuk menyelamatkan habitatnya. Taman nasional bisa jadi merupakan harapan satu-satunya bagi Harapan dan kerabatnya sebagai tempat tingggal yang paling aman. Samedi menjelaskan bahwa pengelolaan taman nasional sebagai habitat badak dan pembangunan koridor konektivitas antar populasi serta upaya-upaya penegakan hukum untuk menghentikan perdagangan cula badak menjadi kunci keberlanjutan hidup badak Sumatera.

TFCA Sumatera sebagai pelaksana program skema pengalihan utang untuk lingkungan (Debt for-Nature Swap) yang merupakan implementasi dari kesepakatan antara pemerintah Amerika Serikat dan pemerintah Indonesia untuk memfasilitasi pendanaan hibah bagi program konservasi hutan di 13 bentang alam prioritas di Sumatra memiliki tanggung jawab besar pada kelestarian Badak Sumatra. Melalui tambahan dana yang didedikasikan untuk konservasi spesies sebesar USD 12,5 juta, TFCA Sumatera mengajak para penggiat konservasi spesies Indonesia untuk bersama-sama merumuskan program prioritas dan fokus lokus penangganan konservasi satwa terancam punah di Sumatera khususnya Badak Sumatera dan Harimau Sumatera serta beberapa spesies terancam punah lainnya seperti Orangutan dan gajah.

Saat ini TFCA Sumatera mendukung program “Penyelamatan Bentang Alam Taman Nasional Way Kambas dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Bagi Perlindungan Badak Sumatera Berbasis Masyarakat” yang diimplementasikan oleh YABI. Melalui program tersebut dilakukan upaya perlindungan Badak Sumatera dengan membentuk satuan anti perburuan Rhino Protection Unit (RPU). Satuan anti perburuan RPU bertugas melakukan patroli rutin melindungi badak dan habitatnya di wilayah Taman Nasional Way Kambas dan Bukit Barisan Selatan serta memberikan penyadaran dan pemahaman bagi masyarakat di daerah penyanggga Taman Nasional disertai dengan kegiatan peningkatan ekonomi berkelanjutan sebagai insentif konservasi, diantaranya dengan menerapkan instalasi energi alternatif (biogas), pengembangan kepariwisataan pedesaan, pertanian organik, dan perikanan alami. Penguatan ekonomi masyarakat di daerah penyangga kawasan ini akan berdampak pada penguatan perlindungan badak dan kelestarian hutan habitatnya.

“Harapan kami, Harapan bisa menemukan cinta di antara tiga badak betina dan dapat berkembang biak seperti Andalas,” ujar M. Jeri Imansyah, Spesialis Konservasi TFCA-Sumatera. Dalam perkembangbiakannya, badak betina hanya melahirkan seekor anak dalam satu kali hamil selama 15 bulan. Pada kelahiran Andatu, Andalas butuh waktu lebih dari delapan bulan untuk bisa dekat dengan Ratu. Itupun harus melewati masa keguguran sebelum akhirnya Andatu lahir dengan selamat dan kondisi normal. Kehadiran Andatu merupakan bukti bahwa masih ada harapan untuk Harapan. “Suaka Rhino Sumatera adalah tempat terbaik Harapan untuk berkembang biak, karena sesuai habitat aslinya” kata Jeri. Kembalinya Harapan memberikan kado bagi anak cucu kelak tidak hanya sekedar mendengar nama dan cerita Badak Sumatra saja, tapi juga tahu bentuk dan rupa hewan endemik Sumatera tersebut. (Sumber: TFCA Sumatera)

Pagi Ini, Dua Kali Gempa Bumi Guncang NTT


Written by Administrator


Thursday, 05 November 2015 09:01

KUPANG, Dua kali gempa bumi dengan kekuatan sedang kembali mengguncang Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (5/11/2015) pagi ini.

Informasi yang dihimpun info dari Kompas.com dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Klas 1 Kupang, gempa pertama terjadi pukul 02.47 Wita. Pusat gempa berlokasi di 8,25 Lintang Selatan dan 125,16 Bujur Timur.

Gempa berkekuatan 4,2 skala Richter itu terjadi di kedalaman 32 kilometer. Pusat gempa terletak sekitar 50 kilometer Timur Laut, Kabupaten Alor.

Sedangkan gempa bumi kedua terjadi sekitar pukul 04.44 Wita di Kabupaten Sumba Barat Daya. Lokasi gempa pada 9.11 Lintang Selatan dan 119 Bujur Timur dengan kedalaman 81 kilometer.

Pusat gempa 46 kilometer Timur Laut, Sumba Barat Daya. Untuk dua gempa ini belum ada laporan kerusakan. Namun, akibat gempa yang terjadi di Kabupaten Alor dengan kekuatan 6,2 SR, Rabu (4/11/2015) kemarin, sedikitnya telah merusak 50 bangunan. Gempa kemarin juga menyebabkan putusnya sejumlah ruas jalan di Kecamatan Alor Timur.

Sumber: Kompas.Com