Secercah Harapan Di Tanah Tinggi


Written by Administrator


Wednesday, 06 January 2010 14:14

Cuaca panas ditengah teriknya matahari yang tepat berada diatas kepala

tidak mengurungkan niat Implementator untuk terus memonitoring

atau sekedar mengunjungi kelompok-kelompok tani di Desa Muara Merang pada siang itu. Bulan Maret seharusnya cuaca masih lembab atau hujan, namun hari itu sinar matahari sudah muncul sejak pagi tanpa sedikitpun awan gelap membayangi seperti hari biasanya. Sepertinya bumi sedang menunjukkan kepada manusia bahwa dia punya kuasa atas manusia bukan manusia atas dirinya.

Setelah menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan atau mungkin tiba-tiba saja diperlukan saat diperjalanan, implementator mulai melakukan perjalanan ke lokasi-lokasi yang telah di datanya sejak keberangkatan dari Palembang. Berbekalkan sebuah sepeda motor bebek sambil membonceng salah seorang pendamping lokal, keduanya menuju ke lahan perkebunan kacang kedelai Kelompok Hijau Lestari yang berada di selatan desa. Lahan yang terhampar seluas 10 ha yang baru sebagian di garap ini bersebelahan dengan lahan perkebunan kelapa sawit PT. Pinang Wit Mas (PT. PWS). lokasinyapun sebenarnya berada tidak jauh dari areal tempat tinggal masing-masing anggota kelompok. Selain mudah dijangkau karena hanya melalui jalur darat, perkebunan kedelai ini dipastikan tidak akan terlalu banyak gangguan dari hewan penggangu (red: babi) seperti kebun-kebun anggota kelompok lainnya. Karena letaknya yang strategis ini diharapkan akan memudahkan para anggota kelompok dalam memantau dan melakukan pemeliharaan terhadap kebun dan tanaman-tanaman yang mereka tanam.

Sesampainya di lokasi, implementator dan pendamping lokal disambut oleh seraut wajah sumringah Pak Suantak. Tubuh kurusnya yang masih tegap tampak masih sangat kokoh menopang badannya yang ringkih dimakan usia. Sambil berusaha membersihkan jari tanganya dari kulit dan jerami kacang kedelai yang baru saja dijemurkannya, Pak Suantak menyongsong kedatangan Implementator dan Pendamping Lokal sambil mengulurkan tangan untuk menyalami keduanya.

Siang itu Pak Suantak memang sedang sibuk mengeringkan hasil panen kacang kedelainya yang ditanam beberapa waktu lalu. Ini terlihat dengan adanya kacang-kacang kedelai yang masih melekat di tangkai-tangkainya yang sudah mulai mengering diatas hamparan karung-karung bekas di tengah lahan perkebunannya. Dengan dibantu anak sulungnya, Pak Suantak kembali membolak balikkan jerami-jerami kacang yang belum kering sambil berkisah saat dia dan seluruh anggota keluarga panen dengan dibantu oleh anggota kelompok lainnya. Sesekali Pak Suantak menyeka keringat yang membasahi dahinya, sembari melanjutkan celotehnya mengenai perkembangan tanaman-tanaman kacang kedelai yang dikelola anggota kelompok lainnya. Beliau menyayangkan kondisi kebun anggota lainnya yang menurutnya kurang perawatan bahkan cenderung dibiarkan terbengkalai, tanaman kacang yang berebut tumbuh dengan rumput dan ilalang memang sempat terlihat saat kunjungan implementator di pertengahan February lalu. Padahal masih menurut penuturannya, jika saja dirawat dengan baik pasti akan lebih banyak lagi hasil yang didapat dan sudah barang tentu keuntungannya bukan hanya untuk kelompok namun juga untuk pribadi masing-masing. Kesibukan anggota lainnya di luar kegiatan bertani menyebabkan kerugian bagi kelompok tutur beliau. Karena jika saja seluruh anggota kelompok dapat menghasilkan panen kurang lebih sama seperti yang diperolehnya, maka dapat dipastikan keuntungan yang akan didapat periode tanam sekarang jauh lebih baik dari hasil atau upah yang didapat sebagai buruh lepas di perkebunan selama 3 (tiga) bulan.

Pak Suantak salah seorang anggota kelompok yang boleh dikatakan sukses dan cukup berhasil pada panen kacang kedelai diperiode ini. Kegigihan dan ketekunannya membuahkan hasil. Tak seperti anggota kelompok lainnya, Pak Suantak benar-benar bertekad ingin mengembangkan hasil pertaniannya dengan cara merawat dan mengurusnya secara langsung dan intensif. Jika anggota kelompok lainnya masih mempertahankan status buruhnya di PT. PWS sebagai buruh perkebunan, tidak demikian dengan Pak Suantak. Dengan berbekalkan tekad yang kuat dan keuletannya, Pak Suantak mampu meraup untung yang cukup besar dari tanaman kedelainya kali ini. Dari modal 10 kg/KK yang diterima oleh masing-masing anggota kelompok dengan pembagian lahan masing-masing ½ ha, Pak Suantak mampu menghasilkan 500 kg kacang kedelai yang berkualitas bagus.

Saat ditanya akan diapakan hasil panennya kali ini, dengan lugas Pak Suantak mengatakan bahwa kacang yang dihasilkan pada panen pertama ini hasilnya sangat bagus, selain jenis kacangnya kacang kedelai putih yang berarti banyak manfaat dan kegunaannya, biji-bijinyapun lebih besar, padat dan kencang. Sehingga sangat cocok untuk dijadikan bibit. Karena itu sebelum dijual ke luar (red:pasar) Pak Suantak berencana akan menjual kepada anggota kelompok lainnya yang masih membutuhkan bibit untuk masa tanam periode berikutnya. Jika ada sisa baru akan dibawa keluar untuk dijual.

Namun Pak Suantak belum berani menjamin akan meluaskan lahan perkebunan kacang kedelainya dari ½ ha menjadi 1 ha. karena menurut dia, jika anggota kelompok yang lain belum membuka lahan secara bersama-sama, maka dia tetap akan bertahan diatas lahan seluas tersebut hingga ada kesepakatan baru dalam kelompok.

Selain Pak Suantak masih ada Pak Dedek yang juga memfokuskan dan menggantungkan harapan dari hasil pertanian. namun saat kedatangan implementator Pak Dedek sedang tidak berada di tempat hanya ada istri dan anak-anaknya. Pak Dedek juga merupakan salah seorang anggota kelompok yang bergabung dalam unit usaha tanam kacang kedelai. Sama seperti Pak Suantak, Pak Dedek juga mampu menghasilkan panen dari bibit 10 kg menjadi setengah ton lebih kacang kedelai. Tidak jauh berbeda dari kacang yang dihasilkan Pak Suantak, kacang kedelai Pak Dedek juga mempunyai biji-biji yang besar, padat dan kencang. Namun istrinya belum tahu rencana suaminya selanjutnya akan diapakan kacang-kacang tersebut sambil memperlihatkan sepiring kacang kedelai yang sudah bersih dan kering. saat ditanya pendamping lokal apakah kacang-kacang tersebut akan dibuat tempe atau makanan lainnya, istri Pak Dedekpun masih belum bisa menjawabnya, karena menurutnya masih ada beberapa bagian yang belum dipetik dari pohonnya karena saat panen terdahulu polongannnya masih belum terlalu tua sehingga tidak dipetik bersamaan, dan sekarang (saat kunjungan berlangsung) diyakini pasti sudah siap petik tutur istri Pak Dedek.

Pak Dedek dan Pak Suantak adalah contoh nyata bagi anggota kelompok lainnya, saat ketekunan dan kesungguhan untuk berhasil benar-benar diimplementasikan pada sesuatu pekerjaan, maka akan didapat hasil nyata nan gemilang. Jika anggota kelompok lainnya hanya mampu memanen rata-rata 30 – 100 kg / KK, maka tidak dengan Pak Dedek dan Pak Suantak. Saat harga kedelai membumbung tinggi dari waktu ke waktu beberapa waktu lalu, semangat dan tekad setiap anggota kelompok yang tergabung dalam unit usaha tanam kedelai benar-benar membara dan berharap akan banyak keuntungan yang akan mereka dapat dari tanaman kedelainya. Namun kesibukan sebagai buruh perkebunan telah melupakan hasrat dan keinginan mereka, mereka lalai memelihara tanaman kacang-kacangnya dan merekapun mendapatkan hasil setimpal dari apa yang telah mereka lakukan sebelumnya.

Berbeda dengan Pak Dedek dan Pak Suantak, mereka merelakan waktu dan perhatiannya tersita bahkan tak segan mereka juga melibatkan anak dan istri untuk turut merawat dan memelihara kedelai-kedelainya dengan harapan akan mendapat keuntungan yang lebih baik di masanya seperti sekarang ini. Dan keduanyapun mendapatkan apa yang mereka tanam.

Saat anggota lain masih sibuk dengan kegiatan panennya, keduanya malah sudah sibuk dengan proses pembersihan dan penyimpanan hasil panen. Tuhan maha adil dan maha bijak dengan segala usaha dan upaya yang dilakukan hamba-Nya.

hasil panen kacang kedelai petani yang menghasilkan kacang berkualitas(foto 1 dan 2); Implementator dan pendamping lokal berpose sejenak sembari melepas penat Pak Suantak sehabis menjemurhasil panen kacang kedelainya (foto 3)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*