Last Updated on Monday, 25 July 2011 16:37
Written by Administrator
Monday, 25 July 2011 16:13
WBHNEWS, PARIS- Tanpa antisipasi serius, perubahan iklim global diyakini akan mengancam kedamaian dan keamanan global di masa depan. Demikian diingatkan Achim Steiner, pejabat senior dari PBB.
Di lain pihak, perubahan iklim juga terbukti meningkatkan skala bencana alam. Kombinasi keduanya ini menjadi tantangan terbesar dalam beberapa dekade ke depan.
Ancaman ini, nyatanya mulai terjadi, sebagai contoh di Somalia.
Negara ini hingga saat ini terus dilanda persoalan perang saudara dan kelaparan akibat terbatasnya sumber daya alam dan kondisinya terus diperparah perubahan iklim. Tampak jelas, komunitas global-jika betul skenario terkait perubahan iklim di masa depan betul terjadi, kita akan menghadapi banyak kejadian ekstrim (seperti terjadi di Somalia), ujarnya.
Komentar ini disampaikannya terkait perdebatan di Dewan Keamanan PBB yang menyangkut isu lingkungan. Kaitan perubahan iklim global dengan kedamaian global dan keamanan pertama kalinya dilontarkan delegasi dari Jerman.
Keamanan Terancam
Achim Steiner, Direktur Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengungkapkan hal itu dalam laporannya kepada Dewan Keamanan PBB, Rabu (20/7). Steiner mengutip prediksi skenario terburuk bahwa suhu akan naik 4 derajat celsius pada tahun 2060. Permukaan laut pun akan bertambah tinggi 1 meter selama abad berikutnya.
Sekalipun ilmu pengetahuan belum bisa menjelaskan alasan di balik pemanasan global, Steiner mengatakan, perubahan iklim adalah kenyataan. Efeknya melanda semua sektor kehidupan.
Katanya, ada berbagai bencana yang sudah terjadi. Jumlah dan kualitas bencana akan terus meningkat. Kekeringan di Afrika Timur, termasuk di Somalia, banjir Pakistan, dan dampaknya pada pasar makanan adalah sebagian kecil contohnya. Skala bencana alam akan meningkat secara eksponensial, tambah Steiner.
Dua wilayah di Somalia selatan, Bakool dan Shabelle Hulu, saat ini dilanda kelaparan terburuk dalam 20 tahun terakhir. Situasi itu bisa meluas ke delapan daerah lain. Sebelum situasinya memburuk, dunia harus segera mengambil langkah nyata. Tanda-tanda perubahan iklim bukan hanya itu. Semua berjalan cepat, lanjut Steiner.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mendesak agar ada tindakan terpadu dan menyerukan negara-negara maju memimpin aksi mitigasi dampak perubahan iklim. Negara-negara berkembang juga agar ikut berperan.
Aksi mengatasi cuaca ekstrem harus semakin sering dan intens di negara-negara kaya dan miskin. Jangan hanya menghancurkan kehidupan, kata Ban di DK PBB terkait masalah itu.
Pertemuan darurat
Sebelumnya dilaporkan, Afrika Timur (Kenya, Somalia, dan Etiopia) mengalami darurat pangan. Sekitar 12 juta orang terancam kelaparan. PBB, Kamis, menyerukan agar segera diadakan pertemuan darurat guna memobilisasi pangan ke kawasan itu.
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) mengatakan, Kenya dan Etiopia terpukul akibat kekeringan yang parah selama bertahun-tahun. FAO, didukung Ketua Negara G-20, Perancis, menyerukan agar komunitas internasional menggelar pertemuan darurat di Kantor Pusat FAO di Roma, Italia, Senin mendatang.
Menteri dan wakil-wakil dari 191 negara anggota, badan lain PBB, lembaga nonpemerintah, serta bank pembangun regional menghadiri pertemuan itu. Lembaga bantuan Inggris, Oxfam, menuding Barat lamban merespons krisis Afrika.
Sumber: Kompas.Com