Last Updated on Tuesday, 03 May 2011 10:06
Written by Administrator
Saturday, 15 January 2011 07:00
Proses pendampingan masyarakat dalam
kegiatan usaha ekonomi rakyat
Pemilihan alternatif ekonomi yg tepat dan dukungan langsung dari pihak lain dapat mempercepat keberhasilan dalam membangun ekonomi yang lebih baik, namun semuanya tidak lepas dari Motivasi, kemauan dan kerja keras. Karena dengan motivasi, Kemauan dan kerja keras diharapkan akan dapat meningkatkan kemampuan ekonomi dan hal ini juga merupakan faktor penentu yang sangat penting. Dari sini juga akan muncul insiatif-insiatif baru serta semangat untuk selalu menggali potensi dan peluang serta pengetahuan baru yang lebih baik dan inovatif.
Berkelompok dalam berusaha merupakan salah satu cara untuk mendorong motivasi kebersamaan dan lebih kuat dalam menyelesaikan satu masalah. Tapi jika berkelompok terkesan dipaksakan, justru akan terjadi sebaliknya. Berkelompok bisa saja akan menjadi penghambat dalam penyelesaian masalah yang lebih besar, jika kegiatan berkelompok hanya difokuskan melulu pada penyelesaian konfik internal kelompok maka dapat dipastikan tujuan dan rencana kerja yang sudah disusun dan dirancang secara matang oleh kelompok akan terbengkalai dan yang terjadi adalah menurunkan kriatifitas individu dalam kelompok, kelelahan dan kejenuhan anggota-anggota kelompok dalam berusaha untuk maju serta motivasi akan semakin rendah dalam menyikapi permasalah-permasalah yang di hadapi.
Berkelompok atau membangun organisasi bertujuan untuk mempercepat dan mendorong perubahan yang lebih masif (menyeluruh) dan membangun kepekaan sosial, kebersaman dan berkeadilan merupakan modal yang sangat penting.
Kelompok Keluarga Mandiri di Desa Muara Merang merupakan salah satu kelompok yang didampingi oleh Yayasan Wahana Bumi Hijau melalui program Wetlands Poperty Reduction Project. Kelompok ini mengalami perkembangan yang cukup baik dengan kondisi kelompok yang terus mengalami perubahan dan juga konfliks. Diawali dengan usaha penanaman cabe dilanjutkan dengan pembukaan lahan untuk kebun karet dan hingga pada akhirnya kelompok melakukan inisiatif usaha berdasarkan minat anggota kelompok. Dari 10 (sepuluh) orang anggota kelompok, 5 (lima) orang anggota mengusulkan usaha ternak ayam potong. Salah satunya adalah Pak Sewinarno, selain sebagai penggagas ide usaha, beliau juga di daulat oleh teman satu kelompoknya untuk menjadi koordinator kelompok usaha ternak ayam potong.
Sebelumnya, Pak Sewi (begitu beliau biasa disapa) bekerja sebagai buruh di perusahaan perkebunan Sawit (PT.PWS). Pak sewi berinisiatif berhenti dari pekerjaanya sebagai buruh perkebunan untuk membentuk usaha sendiri. Dengan penghasilan (upah sebagai buruh) yang pas pasan dan mengandalkan gaji honor mengajar di SD negeri desa Muara Merang ternyata sangat tidak mencukupi untuk kebutuhan keluarga. Dengan modal yang didapat dari pinjaman dana bergulir wetlands poperty reduction project, Pak sewi memulai usaha ternak ayamnya. Motivasi dan semangatnya yang tinggi ditambah sedikit pengetahuan mengenai peternakan ayam, mereka mulai merintis usaha tersebut. Setelah 8 kali panen, Pak Sewi dapat melakukan pengembalian hutang kelompok kepada pihak yayasan, dalam hal ini WBH. Dari perkembangan usaha ternak ayam potongnya, ternyata cukup banyak mengundang minat dan perhatian dari beberapa teman-temannya diluar kelompoknya. Sehingga, ada beberapa kepala keluarga turut membuka usaha yang serupa. Hal ini sedikit menimbulkan masalah bagi pak sewi, karena posisi kandang ayamnya yang jauh dari rumah-rumah penduduk laiinnya, menyebabkan beberapa pelanggannya banyak berpindah menjadi pelanggan di ternak ayam lainnya. Namun hal tersebut tidak membuat Pak Sewi patah semangat, dengan semangat dan kejelian dalam melihat peluang, pak sewi mengganti jenis ayam yang diternaknya, yang tadinya ternak ayam potong menjadi ayam petelur. Selanjutnya kelompok tersebut mengembangkan usaha ternak ayam petelur. Dengan kembali mengajukan proposal bantuan modal usaha, pak sewi berkeyakinan jika usahanya kali ini akan berhasil. Karena tekad dan semangat dari kelompok untuk terus mengembangkan usahanya tersebut, yayasan WBH pun kembali melakukan pengucuran bantuan modal untuk kelompok keluarga mandiri. Modal tersebut didapat dari hasil perguliran dana kelompok yang sudah mulai membayar cicilan pinjaman kelompoknya. Kelompok keluaga mandiri merupakan kelompok pertama yang menikmati hasil perguliran dana tersebut. Usaha peternakan ayam petelur ini dimulai pada akhir tahun 2008 dengan kucuran modal kurang lebih 14 juta rupiah yang sumber utama pendanaannya dari program WPRP. Pada tahap awal kelompok tersebut membeli bibit ayam petelur sebanyak 200 ekor. Sedangkan untuk pembuatan kandang merupakan swadaya kelompok, dengan menambahkan beberapa fasilitas kandang seperti tempat telurnya, kandang ayam potong yang lama telah berubah menjadi kandang ayam petelur.
Perkembangan terakhir pada bulan Januari 2009 ini perternakan ayam petelur tersebut sudah mulai menghasilkan . Setiap hari menghasilkan 100 – 130 butir telur atau sekitar 7 kg perhari dengan harga 15 ribu /kg penghasilan perhari kira-kira 100 ribu /hari atau sekitar 3 juta rupiah dalam satu bulannya. Target terus meningkat diperkirakan hasil telur bisa mencapai 200 – 250 butir perhari atau sekitar 16 kg /hari sehingga perkiraan akan mencapai 240.000 rupiah perhari atau 7,2 juta perbulan.
Untuk pemasaran telur-telur itu sendiri tidak terlalu sulit bagi kelompok karena semua hasil produksi telur yang dihasilkan setiap harinya masih dapat diserap semuanya untuk kebutuhan lokal. Usaha ini dianggap menjadi lebih produktif dibandingkan dengna usaha ternak ayam potong sebelumnya, karena jika ada ayam yang kemampuan bertelurnya sudah tidak produktif, maka dagingnya bisa di jual atau minimal dipotong untuk di konsumsi oleh anggota kelompok sendiri.
Keberhasilan usaha diatas tentu saja membutuhkan proses dan kesabaran, selanjutnya kelompok tersebut menikmati keberhasilan usaha mereka.
Melakukan inisiatif dan motivasi yang tinggi dalam proses pembangunan ekonomi masyarakat yang lebih baik tidaklah mudah, potensi diri karakter individu masyarakat sangat menentukan pencapaian hasil-hasil tersebut. Proses pendampingan yang dilakukan tetap akan berhasil dengan membutuhkan waktu yang cukup panjang jika tanpa ada usaha dari masyarakat itu sendiri yang berproses meningkatkan kesadaranya dan menumbuhkan motivasi dan inisiatif baru untuk perubahan mereka sendiri. (ddy)