Last Updated on Friday, 29 July 2011 09:47
Written by Administrator
Friday, 29 July 2011 09:32
Padang, WBHNEWS – Penggunaan pestisida secara masif pada lahan pertanian di Pulau Jawa mesti dihentikan guna mencegah makin merebaknya hama wereng coklat.
Demikian dikatakan B Merle Shepard, profesor emeritus dari Universitas Clemson, Amerika Serikat, Jumat (22/7), di sela pertemuan bertajuk ”Galanggang Alam Petani Organik” di Kota Padang, Sumatera Barat.
Menurut Merle, apa yang terjadi di Jawa kini mirip dengan serangan hama serupa pada 1980-an ketika ia masih bekerja di International Rice Research Institute di Filipina. Ia menggambarkan serangan wereng coklat terjadi karena ”tentara” alami untuk membunuhnya telah lebih dulu dimatikan oleh semprotan pestisida.
”Makin banyak pestisida disemprotkan, serangan wereng coklat makin mengganas,” kata Merle.
Merle ketika itu merupakan salah seorang ilmuwan yang pernah diundang Presiden Soeharto untuk menjelaskan soal serangan wereng coklat. Dalam pertemuan itu, Merle kemudian menjelaskan soal logika ”tentara” alami guna menjaga tanaman yang justru dibunuh terlebih dahulu oleh pestisida.
Saat itu, Soeharto kemudian mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 1986 pada tanggal 5 November 1986 tentang peningkatan pengendalian hama wereng coklat pada tanaman padi. Puncaknya, 28 bahan aktif pestisida dalam 57 produk pestisida dilarang masuk Indonesia.
Merle yang datang ke Galanggang Alam Petani Organik bersama profesor emeritus lainnya dari Universitas Clemson, Gerald R Carner, mengatakan, saat ini yang harus dilakukan ialah memberitahukan kembali apa yang sebenarnya terjadi kepada petani. ”Indonesia termasuk unggul dalam soal manajemen pengendalian hama, tetapi orang-orang lebih sering lupa soal yang dulu terjadi. Sementara sejarah selalu berulang,” katanya.
Pertanian organik
Guna mengaktifkan predator alami dan menjaga keberlangsungan siklusnya itu, konsep pertanian organik secara menyeluruh adalah salah satu jawabannya. Merle mengatakan, pertanian organik kini berkembang di mana-mana, bahkan di Amerika Serikat, dengan pertumbuhan hingga 20 persen per tahun.
Kenyataan bahwa ada kesenjangan antara dunia ilmuwan, dunia penelitian, hasil penelitian, dan petani di Indonesia, menurut Merle, mesti bisa diatasi dengan sekolah lapang yang gerakannya sudah dimulai di Sumbar sejak 1984 lalu. ”Saya pikir Sumbar ada di jalur yang benar untuk mengembangkan pertanian organik,” ujar Gerald.
Namun, Merle mengingatkan, konsep belajar dan berbagi pengetahuan yang terbaik di kalangan petani ialah dari para petani itu sendiri. ”Dengan metode partisipatif, mereka mencari jawab dan alasan atas berbagai hal. Kita tidak bisa hanya katakan tidak boleh semprot pestisida, harus ada juga alasannya mengapa tidak boleh,” ujarnya.
Gerald menambahkan, merebaknya hama wereng coklat di Jawa pada saat ini dan kondisi lahan yang berkurang kesuburannya karena puluhan tahun menyerap pupuk kimia tetap tidak jadi penghambat. ”Saya pikir Indonesia sangat beruntung karena lahannya masih lebih subur dibandingkan dengan negara lain,” katanya. (INK)
Newer news items:
Older news items: