Penanaman Mangrove Terkendala Abrasi


Written by Administrator


Wednesday, 20 June 2012 11:44

Mengembalikan Fungsi Mangrove – Ratusan anggota kepolisian di Kalimantan Timur dikerahkan, menanam bibit mangrove di Kecamatan Bontang Lestari, Kota Bontang Kalimantan Timur, Jumat (13/4/2012). Gerakan yang disponsori Indominco Mandiri, perusahaan tambang batubara, ini bagian dari program perusahaan itu menanam 40.000 pohon di areal pesisir seluas empat hektar. Penanaman ini juga dibantu aparat kepolisian setempat dan pemeliharaan dilakukan oleh warga setempat. Dengan mengembalikan fungsi mangrove, diharapkan dapat meningkatkan perekonomian warga.

LSM Bina Karta Lestari menyebutkan hanya 30 persen tanaman mangrove pascatanam di Kota Semarang, Jawa Tengah, yang diharapkan bisa hidup, sementara sisanya 70 persen mati akibat abrasi.

“Harapan hidup bibit tanaman mangrove hanya 30 persen, sehingga kami harus berlomba-lomba dengan abrasi,” Direktur Pelaksana Bina Karta Lestari (Bintari) Kota Semarang Feri Prihantoro di Semarang, Kamis (7/6/2012).

Feri mengatakan, abrasi banyak terjadi di daerah antara Tugurejo dengan Mangkang. Daerah pinggir pantai tergerus abrasi.

“Oleh karena itu jika kami menginginkan tanaman mangrove banyak yang hidup, maka kami juga harus menanamnya lebih banyak lagi,” katanya.

Sebenarnya untuk mengatasi abrasi tersebut diperlukan pemecah gelombang, tetapi diperlukan biaya yang mahal dan terlalu berat jika harus berasal dari uang masyarakat.

“Kalau anggarannya swadaya masyarakat untuk membangun pemecah gelombang, tentu akan sangat mahal,” katanya.

Jika dilihat dari tingkat kesadaran masyarakat dan komunitas menanam mangrove, lanjut Feri, sebenarnya sangat tinggi bahkan dalam satu tahun rata-rata ada 1 juta bibit tanaman mangrove yang ditanam di Kota Semarang.

Permasalahannya tidak ada moniotoring yang lebih intensif pascapenanaman bibit mangrove tersebut.

Sementara untuk Bintari, fokus di daerah Tapak, Tugurejo sejak tahun 2008 hingga sekarang dan di daerah tersebut untuk tanam magrove sudah tidak ada masalah.

Bintari di daerah tersebut juga melakukan pemberdayaan masyarakat dan mengatasi abrasi dengan menggunakan ban bekas.

“Di daerah Tapak, Tugurejo tanaman mangrovenya sudah bagus dan saat ini Bintari tengah mencoba dilakukan sistem blok mangrove yang baru akan kami coba,” katanya.

Konflik Manusia dan Satwa Liar Diprediksi Meningkat


Written by Administrator


Wednesday, 20 June 2012 11:42

JAMBI, – Walhi Jambi mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil survei tim Monitoring Harimau Sumatera (Panthera tigris Sumatrae), konflik antara satwa liar itu dengan manusia akan terus meningkat.

“Kondisi ekologi dan ekosistem hutan alam Provinsi Jambi yang terus tergerus, akan memicu meningkatnya konflik antara satwa liar dengan manusia terutama dengan harimau Sumatera,” kata Direktur Walhi Jambi Arif Munandar di Jambi, Senin (11/6/2012).

Pasalnya, tambah dia, kawasan hutan sebelah barat Jambi tersebut adalah habitat utama berbagai satwa endemik Sumatera termasuk Harimau Sumatra, Gajah Sumatra dan juga Badak Sumatra yang saat ini populasinya terus berkurang karena perusakan alam oleh manusia.

Menurut Arif, sebelumnya konflik antara satwa liar dengan manusia jarang terjadi, bahkan masyarakat setempat sering mendapati satwa harimau berjalan dengan tenang dan leluasa dalam kampung atau dalam ladang-ladang warga.

“Tapi dua-tiga tahun belakangan ini, konflik justru meningkat bahkan telah tercatat konflik itu telah terjadi rata-rata dua kali dalam sebulan. Akibat fatalnya adalah sudah dua orang warga Merangin tewas dimangsa harimau Sumatera,” ungkap Arif.

Tidak hanya harimau, katanya, satwa omnivora seperti beruang dan satwa herbivora seperti gajah juga kini semakin sering mengalami konflik dengan manusia karena semakin sering masuk ke perladangan warga dan memangsa tanaman serta ternak warga.

Konflik tersebut tidak hanya terjadi di Kabupaten Merangin, tapi juga di kawasan hutan TNKS lainnya seperti di Kerinci, Bungo, Bengkulu, dan Sumbar.

“Karena itu, guna meminimalisasi konflik antara satwa dan manusia, pemerintah dan masyarakat harus menolak rencana PT HAN mendapatkan izin menggarap areal lahan yang termasuk buffer zone utama TNKS tersebut,” tegasnya.

Sumber: Kompas.Com

Hiu Raja Ampat Terancam


Written by Admin WBH


Monday, 21 May 2012 12:48

Populasi hiu di Raja Ampat Terancam dengan aksi perburuan oleh nelayan ilegal yang berasal dari luar kawasan.
Bukti perburuan hiu nyata. Pada 30 April 2012, masyarakat adat kampung Salyo dan Selpele serta Pos Angkatan Laut Waisai menahan 33 nelayan ilegal yang berburu hiu di kawasan itu.
Tim patroli menyita sirip hiu, bangkai ikan hiu, pari manta dan teripang yang bernilai 1,5 miliar rupiah. Hasil tangkapan dan dokumen kapal disita. Sayangnya, nelayan ilegal berhasil melarikan diri dan kini masih dalam pengejaran.
Ada tujuh kapal yang digunakan untuk perburuan hiu. Satu kapal berasal dari Buton, dua kapal berasal dari Sorong dan empat kapal berasal dari Kampung Yoi, Halmahera. Tak satu pun berasal dari Raja Ampat.
“Ini adalah kasus ketiga sejak 2005 dan juga kasus terbesar,” kata Ketut Sarjana Putra, Direktur Conservation International (CI) Indonesia.
Ketut yang dihubungi Kompas.com, Selasa (8/5/2012) mengungkapkan, besarnya kasus kali ini dinilai dari jumlah awak kapal yang terlibat perburuan serta jumlah hasil tangkapan.
Menurut Ketut, kasus ini mencerminkan bahwa populasi hiu di Raja Ampat kembali menghadapi ancaman.
Sebelum tahun 2005, hiu di Raja Ampat diburu habis-habisan. Masyarakat setempat mengatakan bahwa hiu sudah dulit dijumpai, bahkan ada yang mengatakan sudah tidak ada.
“Saat ini, populasi hiu sudah mulai kembali. Tapi dengan adanya perburuan ini, hiu kembali terancam,” tutur Ketut.
Raja Ampat memiliki potensi pariwisata hiu sebesar Rp 165 miliar per tahun dan menyumbang pendapatan daerah sebesar Rp 2,5 miliar per tahun. Hiu menjadi salah satu alasan wisatawan datang ke Raja Ampat.
Ketut memaparkan, jika populasi hiu kembali menurun dan sulit dijumpai, kerugian dari sisi pariwisata akan bernilai miliaran rupiah juga.
“Kita juga mengalami kerugian dari sisi keseimbangan ekosistem. Hiu ini top predator. Gangguan populasinya juga akan berpengaruh pada ekosistem,” ungkap Ketut.
Terkait kasus lolosnya pemburu hiu baru-baru ini, Ketut menuturkan, pemerintah telah mengirimkan bantuan dengan menempatkan polisi patroli dan pos Angkatan Laut di Pulau Sayang, Raja Ampat. Pemerintah juga telah menempatkan polisi perairan di Pulau Wayag sejak 4 Meu 2012.
Namun demikian, Ketut menjelaskan bahwa pemerintah perlu mengambil tindakan lebih tegas untuk penyelamatan Raja Ampat. Jumlah awak patroli di Raja Ampat harus ditambah dan harus dilakukan patroli rutin. pemerintah juga mesti mendukung upaya masyarakat adat dalam memantau lautnya.

Sumber: Kompas.Com

Gerhana Matahari dan Supermoon


Written by Admin WBH


Monday, 21 May 2012 12:41

Fenomena gerhana Matahari akan terjadi pada Senin (21/5/2012) waktu Indonesia. Gerhana Matahari terjadi ketika Bulan ada pada satu garis lurus, di antara Bumi dan Matahari.
Ada 3 macam gerhana Matahari, yakni Total, Sebagian dan Cincin. Gerhana esok pagi, jika dilihat dari Sulawesi dan Kalimantan, akan berupa gerhana sebagian. Sementara, jika dilihat dari Asia Timur berupa gerhana total.
Gerhana Matahari cincin esok salah satunya dipengaruhi oleh jarak Bulan dan Bumi yang tak selalu sama, berkisar antara 363.600 km hingga 405.500 km. Jarak terdekat disebut perigee sementara terjauh disebut apogee.
“Saat gerhana Matahari cincin, Bulan sedang berada pada titik terjauh jadi ukurannya kecil,” ungkap Thomas Djamaluddin dari Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) saat dihubungi Kompas.com Minggu (20/5/2012).
Ketika Bulan tampak lebih kecil karena jaraknya yang jauh, maka bayangan Bulan (umbra) tak sampai ke Bumi. Adalah perpanjangan dari umbra (disebut antumbra) yang sampai ke Bumi.
Berdasarkan hal tersebut, ungkap Thomas, gerhana Matahari cincin yang berpeluang disaksikan di beberapa wilayah esok pagi terkait dengan Supermoon. “Bila pada saat purnama Bulan ada pada jarak terdekat, maka 2 minggu lagi atau saat bulan baru, Bulan akan berada pada titik terjauh,” ucapnya.
Sebelum gerhana esok, Bulan sempat berada pada jarak terdekat dengan Bumi pada 6 Mei 2012 lalu, kala terjadi Supermoon. Dua minggu kemudian, Bulan ada pada titik terjauh, tepatnya pada Sabtu 19 Mei 2012 kemarin.
“Karena sebelumnya terjadi Supermoon, maka dua minggu berikutnya gerhana yang terjadi adalah gerhana Matahari cincin, karena Bulan ada pada jarak terjauh. Jadi bisa dikatakan gerhana Matahari cincin ini terkait Supermoon,” kata Thomas.
Thomas menuturkan, fenomena gerhana berbeda akan terjadi bila jarak Bulan- Bumi lebih dekat. Piringan Bulan bisa berukuran sama dengan Matahari sehingga terjadi gerhana Matahari total.
Lalu, mengapa wilayah Kalimantan dan Sulawesi hanya mengalami gerhana Matahari cincin esok? Hal ini disebabkan karena wilayah ini berada di luar zona perpanjangan umbra jatuh

Masalah Lingkungan Jadi Perhatian


Written by Administrator


Thursday, 03 May 2012 13:55

SEKAYU – Sedikitnya lima masalah lingkungan di Kabupaten Muba harus mendapatkan perhatian. Kelima masalah tersebut berkaitan dengan illegal logging, pengelolaan kawasan hutan tanpa izin, sengketa pertanahan, banjir dan pencemaran.

Manajer Kampanye dan Riset Yayasan Wahana Bumi Hijau (WBH) Aidil Fitri yang bekerja sama dengan Walhi Sumsel, mengatakan,kelima masalah lingkungan itu harus mendapatkan perhatian penuh dari Pemkab Muba dalam menyusun rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD).

Kalau terus dibiarkan, bisa memicu ketidakpuasan masyarakat yang berakibat pada tindakan-tindakan negatif dan melanggar hukum, kata Aidil di Sekayu kemarin. Menurut dia, perlu dilakukan tindak pencegahan dan penyelamatan lingkungan yang sejalan dengan visi-misi Muba.

Untuk itu, WBH dan Walhi merekomendasikan dua poin penting untuk masalah lingkungan, yakni memisahkan antaramisipembangunanberbasis infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi yang terfokus pada masalah lingkungan hidup. Sementara itu,Kepala Bappeda Kabupaten Muba Akmal Edi mengatakan,masalah lingkungan hidup sudah menjadi bagian dalam program pembangunan di Muba.

Sumber : Sindo

Pertamina tanam 100 juta pohon


Written by Administrator


Friday, 27 April 2012 10:56

PT Pertamina (Persero) mencanangkan penanaman 100 juta pohon secara bertahap di seluruh Indonesia sebagai bentuk tanggung jawab terhadap lingkungan.
“Kami mempunyai program yang cukup besar dari 2011 sampai 2015 mendatang bernama `Program Pertamina Sobat Bumi`. Di antara program tersebut, kami memasang target penanaman 100 juta pohon di seluruh Indonesia,” kata Corporate Secretary Pertamina Mochamad Harun dalam acara Corporate Social Responsibility (CSR) Lecture Series 2012 di Jakarta, Senin.
Menurut Harun, program tersebut bukan hanya sebatas menanam pohon saja, tetapi juga termasuk merawat secara sungguh-sungguh hingga akhirnya dapat menginspirasi masyarakat untuk mencintai pola hidup peduli lingkungan.
“Dengan penerapan perilaku-perilaku yang lebih ramah terhadap lingkungan atau green living, diharapkan mampu memperbaiki tingkat kehidupan masyarakat,” kata Harun.
Harun menuturkan program penanaman 100 juta pohon merupakan aktivitas menabung pohon untuk kepentingan pengurangan emisi karbon dan peningkatan kesejahteraan yang dilaksanakan melalui skema kemitraan, baik di dalam maupun di luar wilayah area Pertamina.
“Pertamina sebagai perusahaan energi memiliki tuntutan untuk menekan emisi di Indonesia serendah mungkin. Untuk itu, dari segi lingkungan, program penanaman 100 juta pohon ini merupakan bentuk tanggung jawab kami terhadap alam,” kata Harun.
Model pelaksanaan program tersebut, lanjut Harun, terbagi menjadi dua macam, yaitu model konservasi menghasilkan oksigen untuk dunia dan model peningkatan kesejahteraan.
“Target jumlah pohon yang ditanam berbeda-beda setiap tahunnya, yaitu satu juta pohon (2011), empat juta pohon (2012), 15 juta pohon (2013), 30 juta pohon (2014) dan 50 juta pohon (2015),” kata Harun.
Harun juga mengatakan proyeksi penanaman pohon pada 2011 mampu menyerap hingga tiga juta ton karbon, dan akan meningkat 100 kali lipat pada 2015 mencapai 311 juta ton karbon per tahun.
Beberapa implementasi yang sudah dilaksanakan dari program tersebut, sambung Harun, antara lain pembuatan kawasan Greenbelt di Cilacap, penghijauan di Bandara Juanda (Surabaya), penanaman pohon Mangrove di Bandara Soekarno-Hatta serta penghijauan di wilayah bekas letusan Merapi.
“Tidak hanya itu, di Gili Trawangan kami juga mengembangkan suatu konsep terumbu karang fast growing. Mirip seperti implan, tetapi kami buat agar bisa tumbuh sepuluh kali lebih cepat daripada proses alami,” kata Harun.
Harun menambahkan, selain penanaman 100 juta pohon, Program Pertamina Sobat Bumi lainnya terdiri dari pendistribusian ribuan biopori, program Coastal Clean Up (untuk lingkungan pantai) dan peningkatan budaya hemat energi bagi para siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu melalui pendistribusian lebih dari 1.500 sepeda untuk dipinjamkan secara bergulir kepada siswa.

Sumber: AntaraNews.Com

Sumatera, Pulau Emas nan Retas


Written by Administrator


Friday, 27 April 2012 10:39

Berdiri di tubir pertemuan dua lempeng benua yang hiperaktif dan dibelah patahan raksasa membuat Sumatera kerap diguncang gempa. Namun, gejolak lempeng benua ini ternyata juga memicu munculnya berbagai mineral berharga di Pulau Sumatera, terutama emas.
Sumatera telah lama termasyhur sebagai Svarnadwipa atau Pulau Emas karena banyaknya logam mulia yang diperdagangkan di pelabuhan-pelabuhan tua di pulau ini. Istilah Svarnadwipa ini disebut dalam naskah-naskah dan prasasti di India.
Walaupun produksi emas Sumatera telah lama dikenal, sumber tambangnya tetap menjadi misteri hingga abad ke-20. Beberapa penjelajah mencatat, emas di Sumatera banyak dihasilkan dari pedalaman yang dihuni oleh manusia liar.
Emas di Sumatera baru mulai ditambang Belanda sekitar tahun 1900, salah satunya yang tertua adalah di Lebong, Bengkulu, yang berada di kaki Bukit Barisan. Dalam tulisannya berjudul Traditional Sumatran Trade di Bulletin de lEcole franaise d’Extrme-Orient (1985), John N Miksic menyebutkan, pada abad ke-18, Belanda ataupun Inggris tidak menyadari telah sangat dekat dengan tempat yang begitu kaya dengan emas, Lebong, yang barangkali telah diusahakan selama berabad-abad oleh masyarakat tradisional.

Walaupun saat itu Belanda dan Inggris telah membeli emas dari masyarakat lokal, mereka tidak tahu sumber emas di Lebong itu. William Marsden, pegawai Inggris, menyebut dalam bukunya History of Sumatera (1783), emas itu diduga ditambang di sekitar Benteng Marlborough di pesisir Bengkulu.

Sukses besar
Formasi Lebong baru diketahui Belanda pada 1890-an dan sejak itu dieksploitasi habis-habisan. Dalam buku Mining in the Netherlands East Indies, Alex L ter Braake menyebut, perusahaan tambang Mijnbouw Maatschappij Simau mulai beroperasi di Lebong Tandai sejak tahun 1910 dan menuai sukses besar.
Eksplorasi terbaru menemukan bahwa jalur emas di Sumatera ternyata berimpit dengan garis patahan sebagaimana ditulis MJ Crow dan TM Van Leeuwen dalam buku Sumatra: Geology, Resources and Tectonic Evolution (2005). Proses mineralisasi emas ini disebutkan terjadi berbarengan dengan munculnya busur magma di sepanjang Bukit Barisan.
Penunjaman lempeng (samudra) Indo-Australia ke lempeng (benua) Eurasia telah memicu terbentuknya busur magma di sepanjang jalur patahan itu. Di kedalaman 150-200 kilometer, temperatur Bumi sangat panas sehingga batuan di sekitar zona kontak dua lempeng ini meleleh. Sesuai sifat fluida, lelehan batuan panas ini naik ke atas membentuk kantong-kantong bubur batuan panas yang di kenal sebagai kantong magma.
Interaksi magma dengan batuan dasar, pada tekanan tertentu, menyebabkan terbentuknya zona ubahan pada batuan induk lava dan tufa yang kemudian berperan sebagai batuan induk kaya mineral (host rock), termasuk emas.
Pada akhirnya, magma ini mendesak ke atas permukaan membentuk deretan kubah magma atau deretan gunung api di sepanjang Bukit Barisan. Pembentukan kubah magma ini juga mendorong bebatuan dasar yang dulu di dasar Samudra hingga ke puncak Bukit Barisan.

Pengangkatan

Jejak pengangkatan Bukit Barisan itu juga ditemukan Dimsik, perajin batu dari Bengkulu. Belasan tahun dia berburu batu- batu berharga di sepanjang Bukit Barisan, salah satunya batu fosil. Yang mengherankan, saya banyak menemukan batu madu di puncak-puncak gunung, kata Dimsik.
Batu madu merupakan istilah Dimsik untuk fosil batu karang. Setelah dipoles, fosil batu madu ini biasa digunakan sebagai batu cincin. Dimsik lalu menunjukkan aneka batu madu yang masih memperlihatkan struktur berongga menyerupai batuan karang. Sebagian berwarna putih, tetapi banyak juga yang berwarna-warni.
Menurut dia, tempat ditemukannya fosil batu karang itu adalah puncak-puncak gunung di Bukit Barisan dan lokasinya sangat jauh dari bibit pantai. Salah satu lokasi penemuan itu adalah Bukit Luang Batu Api di Kecamatan Muara Saung, Kabupaten Kaur, Bengkulu. Lokasinya 1.500 meter di atas permukaan laut dengan jarak sekitar 35 kilometer dari garis pantai.
Pakar geofisika Universitas Andalas Padang, Badrul Mustafa, mengatakan, ditemukannya fosil terumbu karang yang membatu puluhan kilometer dari tepi pantai adalah bukti nyata terjadinya pengangkatan dasar laut di masa lampau. Peristiwa itu terjadi jutaan tahun lalu seiring terbentuknya Bukit Barisan, katanya.
Ketua Pengurus Daerah Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Provinsi Sumatera Barat Ade Edward mengatakan, batuan fosil sebagai bagian dari batuan dasar terutama banyak terbentuk di daerah tua yang menjadi kerak benua. Pulau Kalimantan adalah salah satu daerah tua itu, yang aktivitas tektonis dan vulkanisnya relatif sudah selesai. Karena itulah, banyak ditemukan intan di Kalimantan, kata Ade.
Sekalipun demikian, di Pulau Sumatera yang proses tektonis dan vulkanisnya cenderung masih aktif, ternyata banyak ditemukan formasi batuan dasar. Seperti batu cincin di Bengkulu, yang menurut Ade memiliki komposisi silika tinggi dan dikenal sebagai onyx.
Selain fosil batu karang, di sepanjang Bukit Barisan juga banyak ditemukan fosil kayu (silicified wood) yang mengalami proses metamorfosis karena temperatur dan tekanan tinggi. Bahkan, di Bengkulu sering juga ditemukan getah pohon yang membatu. Inilah proses pembatuan yang paling sulit karena dari karbon menjadi silika tanpa mengubah bentuknya, kata Ade.
Jejak ini semakin menguatkan bahwa di masa lalu pasti telah terjadi proses pengangkatan daratan Sumatera relatif terhadap muka laut. Batu cincin adalah sempalan dari batuan tua yang umurnya lebih tua dari letusan Toba. Ini adalah batuan dasar. Sementara fosil kayu yang membatu diduga sebagai pohon pertama yang tumbuh di bumi, kata Ade.
Karena terbentuk di fase awal pembentukan bumi, menurut Ade, batuan dasar ini telah merekam proses geologis di Sumatera yang hiperaktif selama jutaan tahun.

Artikel lebih lengkap baca Ekspedisi Cincin Api Kompas di http://www.cincinapi.com

194 Spesies Serangga Baru di Mekongga


Written by Administrator


Friday, 27 April 2012 10:38

Ekspedisi Mekongga yang dilakukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan University of California, Davis, berhasil mengoleksi jutaan spesimen dan mengidentifikasi spesies baru.
Elizabeth Widjaja, peneliti bambu dari Puslit Biologi LIPI, dalam acara diseminasi riset hasil kerjasama LIPI, Rabu (25/4/2012), mengungkapkan bahwa fauna golongan serangga adalah yang paling banyak ditemukan.
“Ada 1 juta spesimen serangga yang diambil. Dari 1 juta itu baru 15.000 yang disortir. Belum semua spesimen diidentifikasi dan dinamai,” ungkap Elizabeth.
Dari proses yang sudah dilakukan, diperkirakan ekspedisi berhasil mengoleksi 531 spesies serangga. Sementara, jumlah spesies baru yang diperkirakan 194 jenis.
Salah satu spesies baru serangga yang ditemukan adalah Megalara garuda atau tawon raja. Jenis tawon ini memiliki rahang yang besar, bahkan lebih besar dari kaki depannya.
Selain serangga, ada 24 jenis reptil, 15 amfibi, 27 ikan dan 17 crustacean. Beberapa spesies yang belum pernah ditemukan sebelumnya adalah 1 jenis kelelawar serta beberapa katak dan kadal.
Di bidang botani, ekspedisi Mekongga juga menemukan 1 genus bambu baru serta spesies baru Rhododendron, Syzygium (jambu-jambuan), osmocylon dan sebagainya.
Elizabeth megungkapkan, penelitian eksploratif seperti pengungkapan kekayaan hayati Indonesia perlu dilakukan. Tidak semua kegiatan riset harus diarahkan pada riset-riset aplikatif yang segera dapat dituai manfaatnya.
Saat ini, pemerintah kurang berpihak pada penelitian dasar. Anggaran LIPI yang dipotong 10 persen berimbas pada berkurangnya 80 persen anggaran penelitian dasar. Eksplorasi tak bisa dilakukan.

Sumber: Kompas.Com

Riset Indonesia Sedikit, tetapi Berkualitas


Written by Administrator


Friday, 27 April 2012 10:33

Jumlah paper publikasi penelitian Indonesia memang rendah, tetapi kualitas riset Indonesia tergolong unggul. Demikian hasil analisis Thomson Reuters, sumber informasi intelijen terkemuka di dunia untuk perusahaan dan para profesional, yang disampaikan kepada wartawan dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (26/4/2012).
Diketahui, secara ranking, jumlah publikasi riset Indonesia tergolong kedua terendah se-Asia Tenggara. Berdasarkan jumlah publikasi, negara yang paling produktif dalam riset berturut-turut adalah Singapura, Malaysia, dan Thailand.
“Namun, berdasarkan jumlah riset yang disitasi, Indonesia nomor tiga se-Asia Tenggara. Artinya, risetnya sedikit tetapi kualitas dunia,” kata Wong Woei Fuh, Managing Director Rest of Asia Pacific Intellectual Property and Science di Thomson Reuters.
Berdasarkan jumlah citation (kutipan), negara yang dengan riset berkualitas di Asia Tenggara adalah Singapura, Filipina, dan Indonesia. Malaysia tergolong terendah di Asia Tenggara.
Demikian pula dalam dampak hasil penelitian di dunia. “Jadi, hasil penelitian Indonesia itu banyak dikutip oleh ilmuwan di dunia,” kata Wong.
Berdasarkan analisis Thomson Reuters, riset Indonesia didominasi oleh bidang ilmu hewan dan tanaman (botani dan zoologi), medis atau kedokteran, lingkungan, geologi, dan pertanian.
Sementara itu, hasil riset yang paling banyak dikutip adalah bidang ilmu sosial dan humaniora, medis, pertanian, lingkungan, ekologi, dan imunologi (kekebalan tubuh).
“Penelitian ilmu sosial Indonesia punya dampak yang besar,” ungkap Wong.
Ia mengungkapkan, hasil analisis Thomson Reuters bisa menjadi salah satu pedoman dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bidang riset manakah yang paling perlu mendapatkan perhatian dan pendanaan.
“Indonesia perlu fokus. Pendanaan bisa cepat terbuang percuma kalau tidak fokus,” ungkap Wong.
Melihat hasil analisis, Indonesia terbukti unggul pada ilmu-ilmu dasar.
Dengan demikian, perlu dipertimbangkan agar penelitian dasar dan eksploratif, yang hasilnya sering dianggap tidak segera berguna, mendapat perhatian dan pendanaan.

Sumber: Kompas.Com

Segera Evakuasi Satwa KBS


Written by Administrator


Friday, 27 April 2012 10:25

Keberadaan Kebun Binatang Surabaya (KBS) yang menampung banyak satwa liar, terus menuai protes karena sering terjadi kasus yang menimpa satwa yang ada.
ProFauna Indonesia mendesak pihak Kementerian Kehutanan segara mengevakuasi satwa di KBS ke tempat yang lebih menjamin keberadaan satwa.
“Tak ada jalan lain kecuali Kementerian Kehutanan segera mengevakuasi satwa yang ada di KBS itu ke tempat yang lebih bagus, aman, dan nyaman agar satwa yang ada tidak mati terus,” desak Ketua ProFauna Indonesia, Rosek Nursahid, kepada Kompas.com, Kamis (26/4/2012) ditemui saat aksi di Jalan Veteran Kota Malang.
Menurut Rosek, keberadaan KBS, sudah penuh dengan konflik antara pihak Pemerintah kota Surabaya dan pihak pengelola KBS saat ini.
“Kalau tidak segera dievakuasi, maka akan terus terjadi kasus serupa,” katanya.
Pihak Kementerian Kehutanan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) yang sudah siap melakukan evaluasi terhadap seluruh satwa yang ada di KBS, harus tegas mengambil kebijakan.
“Jangan hanya janji saja,” ujarnya.
Evakuasi dimaksud kata Rosek, satwa yang ada harus dipindah ke lembaga berwenang yang lebih baik penanganannya.
“Sistem pengelolaannya harus dipantau dan diawasi secara serius. Jangan hanya diambil pendapatannya saja,” katanya.
Rosek menambahkan, populasi satwa di KBS, memang sudah melebihi kapasitas. Dari 4.025 jumlah satwa yang ada, tidak didukung dengan kandang dan lahan konservasi yang tidak memadai.
Luas lahan konservasi KBS hanya 15 hektare, itu belum dikurangi lahan untuk gedung dan perkantoran pengurus. Jika dibanding dengan lahan konservasi Taman Safari Bogor yang seluas 178 hektar, hanya memuat sejumlah 1.500 satwa. Sementara KBS yang hanya memiliki luas lahan 15 hektar memelihara satwa 4.025 ekor.
“Makanya Kementerian Kehutanan harus bertindak tegas dan segera mengevakuasi satwa yang ada di KBS itu. Hal itu adalah jalan terbaik untuk menyelamatkan satwa yang ada di KBS,” katanya.

Sumber: Kompas.Com