Written by Administrator
Wednesday, 20 June 2012 11:42
JAMBI, – Walhi Jambi mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil survei tim Monitoring Harimau Sumatera (Panthera tigris Sumatrae), konflik antara satwa liar itu dengan manusia akan terus meningkat.
“Kondisi ekologi dan ekosistem hutan alam Provinsi Jambi yang terus tergerus, akan memicu meningkatnya konflik antara satwa liar dengan manusia terutama dengan harimau Sumatera,” kata Direktur Walhi Jambi Arif Munandar di Jambi, Senin (11/6/2012).
Pasalnya, tambah dia, kawasan hutan sebelah barat Jambi tersebut adalah habitat utama berbagai satwa endemik Sumatera termasuk Harimau Sumatra, Gajah Sumatra dan juga Badak Sumatra yang saat ini populasinya terus berkurang karena perusakan alam oleh manusia.
Menurut Arif, sebelumnya konflik antara satwa liar dengan manusia jarang terjadi, bahkan masyarakat setempat sering mendapati satwa harimau berjalan dengan tenang dan leluasa dalam kampung atau dalam ladang-ladang warga.
“Tapi dua-tiga tahun belakangan ini, konflik justru meningkat bahkan telah tercatat konflik itu telah terjadi rata-rata dua kali dalam sebulan. Akibat fatalnya adalah sudah dua orang warga Merangin tewas dimangsa harimau Sumatera,” ungkap Arif.
Tidak hanya harimau, katanya, satwa omnivora seperti beruang dan satwa herbivora seperti gajah juga kini semakin sering mengalami konflik dengan manusia karena semakin sering masuk ke perladangan warga dan memangsa tanaman serta ternak warga.
Konflik tersebut tidak hanya terjadi di Kabupaten Merangin, tapi juga di kawasan hutan TNKS lainnya seperti di Kerinci, Bungo, Bengkulu, dan Sumbar.
“Karena itu, guna meminimalisasi konflik antara satwa dan manusia, pemerintah dan masyarakat harus menolak rencana PT HAN mendapatkan izin menggarap areal lahan yang termasuk buffer zone utama TNKS tersebut,” tegasnya.
Sumber: Kompas.Com