Pengalaman Manjalankan Program

No.

Jenis Program/Kegiatan

Penerima Bantuan/sasaran

Lokasi Program

Deskripsi (Gambaran) Program

Donor

Lama Proyek (Dari – Sampai)

Jumlah

Kategori Penerima Bantuan

1

Wetlands and Poverty Reduction Project  (WPRP)

this project has been carried out with financial support from Wetlands International under its Wetlands and Poverty Reduction Project financial by the Dutch Ministry of Foreign Affairs (DGIS)

24 bulan (01 November 2006 – 31 Desember 2008)

Masyarakat Miskin sekitar hutan rawa gambut merang kepayang

Desa Muara Merang

2

Survey Investigasi Keberadaan Kanal dan Penutupan Kanal Buatan Bersama Masyarakat Desa Muara Medak Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyu Asin, Sumatera Selatan

South Sumatera Fire Forest Management Project (SSFFMP

Des 2005 – Nov 2006

Kanal buatan dan hutan rawa gambut

Masyarakat sekitar hutan

Desa Muara Medak

3

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dalam Upaya perlindungan dan Pelestarian Hutan Rawa Gambut di Kawasan Penyangga Taman Nasional Sembilang, Sumatera Selatan

Wildlife Habitat Canadian (WHC) & CIDA

30 Bulan (September 2002 – Desember 2004)

± 80 orang

Petani & Mantan Pembalok (logger)

Zona Penyangga Taman Nasional Sembilang, Kec. Bayung Lincir MUBA, Sumsel

4

Analisis Gender

South Sumatera Fire Forest Management Project (SSFFMP

3 bulan (Oktober – Desember 2004)

15 desa prioritas SSFFMP

15 desa prioritas SSFFMP di 3 kabupaten (OKI, MUBA, Banyuasin)

5

Survey sosial-ekonomi desa-desa sekitar hutan dan rentan terhadap kebakaran

South Sumatera Fire Forest Management Project (SSFFMP  )

3 bulan (September – November 2003)

10 desa

Sebagai proses untuk direkomendasikan desa-desa binaan SSFFMP

desa-desa sekitar hutan di kecamatan Bayung Lencir Kab. MUBA

6

Pendidikan Lingkungan Hidup untuk Anak-anak Sekolah Dasar, Kawasan Buffer Zone Taman Nasional Sembilang, Sumatera Selatan

Global Environment Centre (GEC)

8 Bulan (Januari – September 2002)

± 150 orang

Anak-anak Sekolah Dasar

Desa Karang Agung, Kec Bayung Lincir Kab. MUBA

7

Pelestarian hutan gambut melalui peningkatan perekonomian masyarakat local dengan budidaya lebah madu di zona penyangga Taman Nasional S embilang

Wetland Internasional – Indonesia Program (WI-IP)

10 bulan (Agustus 2002 – Mei 2003)

2 kelompok tani (25 orang)

Kelompok Tani

Desa sungsang IV kec. Sunsang Kab. MUBA Sumsel

8

Pendampingan Masyarakat Desa Muara Merang untuk Pengelolaan Hutan Rawa Gambut yang Lestari dan Berkelanjutan (Perpanjangan Program CCFPI November 2005 – October 2006)

Wildlife Habitat Canadian (WHC) & CIDA

12 Bulan (November 2005 – October 2006)

± 80 KK

Petani & Mantan Pembalok (logger)

Zona Penyangga Taman Nasional Sembilang, Kec. Bayung Lincir MUBA, Sumsel

Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri.
Yayasan Wahana Bumi Hijau (YWBH) menilai Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila warganya ikut berpartisipasi.
Suatu usaha/kerja hanya berhasil dinilai sebagai “pemberdayaan masyarakat” apabila kelompok komunitas atau masyarakat tersebut menjadi agen pembangunan atau dikenal juga sebagai subyek. yaitu masyarakat merupakan motor penggerak, dan bukan penerima manfaat (beneficiaries) atau obyek saja.
Pentingnya melakukan pendapingan terhadap masyarakat desa, sebagai salah satu upaya mengurangi tingkat kemiskinan di desa.
Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Masyarakat pelaku utama dan pelaku usaha lokal-lah yang memiliki pengetahuan, kearifan lokal dan keahlian. Peran Penyuluh Kehutanan sebagai fasilitator adalah untuk mendampingi dan mendengar serta belajar dari masyarakat, bukan mengajari masyarakat tentang problem dan kebutuhan mereka. Tetapi memfasilitasi agar masyarakat mampu menyelesaikan sendiri permasalahannya.

Tantangan Pemberdayaan Masyarakat
Desa yang ada di dalam dan di sekitar kawasan hutan adalah identik dengan masyarakat yang berekonomi lemah. Masyarakat sekarang ini cenderung lebih banyak memanfaatkan hutan daripada melestarikannya. Banyak program masuk desa tapi pelaksanaannya berjalan sendiri-sendiri. Banyak potensi hutan yang belum tergarap dengan maksimal dengan basis pelestarian di dalamnya seperti tumpang sari atau agroforestry atau hutan campuran. Lembaga-lembaga di tingkat bawah belum bersinergi, partisipasi masyarakat dalam melestarikan hutan masih rendah, termasuk kelompok perempuan. Untuk itu peluang dan tantangan ini perlu di analisis guna menemukan strategi pemberdayaan masyarakat yang efektif dan partisipatif.

Implementasi Program
Penyuluh Kehutanan melalui penyuluhannya harus mampu menjelaskan manfaat dan fungsi hutan secara lestari, melalui 3 kelola lestari yaitu kelola kawasan, kelola kelembagaan dan kelola usaha. Melalui pertemuan-pertemuan, musyawarah secara intens dan partisipatif dari masyarakat yang difasilitasi oleh Penyuluh Kehutanan membahas bersama dan di analisis dengan metode pemberdayaan rakyat yang partisipatif. Dari sini muncullah Skema Pemberdayaan Masyarakat yang disepakati bersama sekaligus merupakan strategi yang paling baik menurut mereka. Skema Pemberdayaan Masyarakat itu adalah rangkaian kegiatan yang harus dilalui dan dilaksanakan.
Subyeknya adalah Pemberdayaan Masyarakat di sekitar hutan yang kurang mampu atau marjinal dan Pemerintahan setempat yang terkait.

Beberapa Tahapan yang Harus dilakukan dalam Implementasi Program

  • Sosialisasi Program
  • Kajian Secara Partisipatif
  • Pelatihan Hasil Riset
  • Implementasi Hasil Pelatihan
  • Memberi Bantuan Keuangan Micro

Menjaring Aspirasi Masyarakat
Mengakomodasi aspirasi masyarakat pelaku utama dan pelaku usaha terhadap program yang di jalankan. Menentukan skala prioritas program sesuai dengan hasil kajian dan tujuan yang ingin dicapai. Prioritas program / kegiatan yang disetujui oleh masyarakat merupakan suatu jawaban terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh mereka. Inisiasi program harus sensitive gender. Dukungan dari pemerintah setempat desa / kabupaten di tuangkan dalam Surat Keputusan atau Perdes atau Perda.
Pembuatan Perdes diawali dengan mengadakan Rembug Desa yang membahas : Perencanaan Program Pembangunan Kehutanan lewat Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (Musrenbangdes) dan Pembuatan Peraturan Desa untuk mendukung Program

Melakukan Monitoring dan Evaluasi Kegiatan
Kegiatan monitoring dan evaluasi kadang masih dipandang sebelah mata, padahal kegiatan ini sangatlah penting untuk menunjang keberhasilan dan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari program yang sedang dan telah dilaksanakan. Monitoring dapat dilakukan dengan dua cara yakni : monitoring internal dan monitoring ekternal. Monitoring internal dilakukan dengan melibatkan tim pelaksana beserta mitra. Sedangkan monitoring eksternal dilakukan dengan melibatkan tim dari luar atau tim independen dan tim ahli dalam bidang pemberdayaan yang dilakukan. Hal ini dilakukan bukan untuk mencari kesalahan melainkan untuk pembelajaran program.

Struktur Pengurus Yayasan WBH

Badan Pembina    :

1. Ahmad Fadilan, SSi, MSi, MSc
2. Ahmad Nawawi, S.Si
2. Budiono, ST
4. Destika Cahyana, SP
5. Kamaliyah, S.Si


Badan Pengawas    :

1. Adiosyafri, S.Si
2. Deddy Permana, S.Si
3. Komaruddin, S.Si

Badan Pengurus  YWBH  :

Direktur Eksekutif : Yulhendrawan, S.Si
Deputy Director : Aprilino, S.Si
Manager Keuangan : Evi Kartini, S.Si
Divisi Pemberdayaan Ekonomi        .
: Iwan Saputra, S.Si

Pengurus Representative Jakarta :

Direktur Eksekutif : Uci Sulandari, S.Si, M.Si
Deputy Director : Syahroni, SP
Manager Keuangan : –
Divisi Pemberdayaan Ekonomi .
: –
Adm dan finance Officer : –

Konsultan Proyek / Unit Program   :

Koordinator Program Ford Foundation 
: Aidil Fitri, MA
Koordinator Program TFCA
: Adiosyafri, S.Si
Koordinator Program : Masrun Zawawi, SH
Village Facilitator : Sigid Widagdo, ST
Village Facilitator : Prasetyo Widodo, S.Si
Village Facilitator : Syahrial, SH
Village Facilitator : Bejo Dewangga
Consultant Finance (TFCA) : Riyas Maniar, AMd
Consultant Finance (Ford Foundation) : Lilia Ismarti, S.Si
GIS dan Pemetaan : Dede Ahdiyat Yani
KIP & peneliti NKT : Ismail, S.Si
Spesialis Dokumentasi/fotograper      . : Nur Fikri, S.Si
KIP & CSO Fasilitator : Fakhrizal Pulungan, S.Si

Pelestarian Lingkungan Hidup

Environmentalisme adalah filosofi, ideologi dan gerakan sosial yang luas mengenai masalah konservasi lingkungan dan peningkatan kesehatan lingkungan. Environmentalisme mendukung pelestarian, restorasi dan / atau perbaikan lingkungan alam, dan dapat disebut sebagai sebuah gerakan untuk mengendalikan pencemaran atau melindungi keanekaragaman tumbuhan dan satwa. Untuk alasan ini, konsep-konsep seperti etika lahan, etika lingkungan, keanekaragaman hayati, ekologi dan hipotesis biophilia hipotesis merupakan hal yang dominan.

Pada inti nya, environmentalisme adalah upaya untuk menyeimbangkan hubungan antara manusia dan berbagai sistem alam di mana manusia bergantung sedemikian rupa sehingga semua komponen mendapat perlakuan yang sesuai untuk kelestariannya. Lingkungan hidup dan masalah lingkungan sering diwakili oleh warna hijau.

Pada prakteknya, environmentalism berkaitan erat dengan ekologi, sebab ekologi menyediakan informasi tentang bagaimana kerusakan lingkungan mempengaruhi mahluk hidup dan bagaimana cara memperbaikinya.

BEBERAPA PERMASALAHAN LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

  • Cukup banyaknya kerusakan lingkungan yang terjadi.
  • Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya lingkungan hidup.
  • Kurangnya peralatan pengolah lingkungan di indonesia.
  • Kurangnya pengawasan dari pemerintah pusat maupun daerah.

BENTUK KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP
Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk kerusakan lingkungan hidup dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

  1. Bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Peristiwa Alam
  2. Beberapa bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor dan ulah manusia.

Pelestarian lingkunagn hidup yang dilakukan di Indonesia mengacu pada UU No.23 1997. UU ini berisi tentang rangkaian upaya untuk melindungi kemampuanlingkungan hidup terhadap terhadap tekanan perubahan dan dampak negative yang ditimbulkan suatu kegiatan. Upaya ini dilakukan agar kekayaan sumberdaya alam yang ada dapat berlanjut selama ada kehidupan.

Oleh karena itu Yayasan Wahana Bumi Hijau (YWBH) melihat pentingnya kegiatan-kegiatan utama dan pokok mempfokuskan pada kegiatan Pelestarian Lingkungan Hidup.

Riset


Written by Administrator


Monday, 26 May 2014 04:11

Yayasan Wahana Bumi Hijau (YWBH) melakukan Riset/Kajian kebijakan yang berbasis hasil Penelitian dan Pengembangan yang berkualitas dibidang pengelolaan sumberdaya alam, Lingkungan Hidup, lingkungan hidup, energi dan ketenagakerjaan (SDM) sektor industri, yang secara manajerial, intelektual, serta moral memberi kontribusi pada pengembangan Indonesia menjadi Negara Lebih Maju Baru.

  • Melakukan Riset dibidang sumberdaya alam, tata ruang hutan dan lahan, lingkungan hidup, energi yang menghasilkan rumusan kebijakan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
  • Menyelenggarakan proses kegiatan Riset secara efektif, efisien, dan cerdas yang sesuai dengan kaidah intelektualitas dan moral.
  • Membangun SDM Peneliti yang berkualitas dan profesional (handal, beretika dan sejahtera) melalui mekanisme pembelajaran berkesinambungan.
  • Meningkatkan iklim kerja yang kondusif dengan mengembangkan semangat kerja sama, saling percaya (mutual-trust), dan terbentuknya nilai-nilai bersama (shared value).
  • Membangun citra diri melalui kerja sama dan komunikasi secara intens dan berkesinambungan baik internal lembaga maupun ekternal lembaga

Program Kerja Prioritas

Dalam menjalankan Visi dan Misi Organisasi, Yayasan Wahana Bumi Hijau telah membentuk program kerja prioritas untuk dilaksanakan pada priode pengurus 2016 – 2020 :

1. Pendidikan lingkungan hidup pada usia dini
2. Pelatihan dan pendidikan sebagai usaha penguatan kapasitas lembaga
3. pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dampingan
4. Melakukan riset dan kajian  dalam membangun pangkalan data base lembaga
5. kampanye dan penyebaran informasi
6. Menjalin kerjasama dengan mitra secara intensif

 

Fokus Issu

– Perubahan Iklim dan Kerusakan Hutan serta Keanekaragaman Hayati
– Kemiskinan dan Krisis Pangan masyarakat di sekitar hutan, masyarakat urban dan pedesaan.
– Pengelolaan Sumberdaya Alam berbasis Masyarakat Lokal.
– Pelestarian Lahan Basah dan Hutan Rawa Gambut.
– Pengelolaan isu sampah, kampung hijau, desa ekologis, pengembangan demplot pertanian ekologis, pembinaan UKM-Koperasi-Bank Mikro-Usaha Desa
– Pengembangan kekuatan ekonomi lembaga dan ekonomi masyarakat dampingan dengan menggarap isu “Transformasi NGO ke Social Enterprise”.

Warta

Eko Suroso, S.Hut, M.Si

Pembangunan HD / HKM di Provinsi Sumatera Selatan Dalam Acara Focus Group Discussion (FGD) untuk Menyusun…

SUTOMO, S.Hut., MSi

 

Peraturan Hutan Desa & Hutan Kemasyarakatan Dalam Acara Focus Group Discussion (FGD) untuk…

Sigid Widagdo, ST

Implementator Lapangan Rencana Kelola Hutan Desa (RKHD) Sumatera Selatan

Sehat Dengan Konsumsi Sayuran Kol


Written by Administrator

Sayuran yang selalu enak untuk dikonsumsi baik dijadikan sup, ditumis, bahkan digoreng untuk dapat dinikmati saat makan. Namun, masih banyak orang yang tidak menyukai jenis sayuran ini. Terdapat beberapa manfaat sehat dari makan kembang kol, seperti yang telah dilansir oleh healthmeup.com dan juga dipublis merdeka.com dibawah ini.

KAYA NUTRISI

Di kemas dengan B-Vitamin seperti tiamin, riboflavin, niasin, asam pantotenat, dan asam folat. Kembang kol juga mengandung asam lemak omega-3 dan vitamin K. Kembang kol menawarkan sumber protein yang baik, fosfor, mangan dan kalium.

ZAT ANTIOKSIDAN YANG TINGGI
Kembang kol tinggi akan zat antioksidan yang terkandung didalamnya seperti vitamin C, beta-karoten, kaempferol, quercetin, rutin, asam sinamat, dan fitonutrien. Zat antioksidan berguna untuk meningkatkan pertahanan sel tubuh dalam melawan radikal bebas.

MENYEHATKAN OTAK
Bukan hanya untuk kesehatan tubuh, sayur kol juga bisa membuat otak Anda sehat. Kol memiliki kolin yang dapat menghambatkan penurunan memori yang berkaitan dengan usia serta fungsi kognitif bayi.

MENCEGAH KANKER
Kembang kol merupakan sumber sulforaphane – senyawa sulfur yang menghancurkan sel-sel induk kanker, sehingga memperlambat pertumbuhan tumor. Beberapa peneliti percaya bahwa menghancurkan sel-sel induk kanker mungkin memegang peranan penting untuk mengendalikan kanker.

ZAT ANTI-INFLAMASI
Zat yang mampu mencegah peradangan dalam tubuh ini, seperti Indole-3-carbinol atau I3C merupakan senyawa anti-inflamasi yang terdapat di dalam kembang kol.

PENCERNAAN SEHAT
Satu cangkir kembang kol mengandung 3,35 gram serat. Serat berfungsi untuk meningkatkan fungsi sistem pencernaan dan membantu menghilangkan limbah dari dalam tubuh. Selain itu kembang kol mengandung glucoraphin, senyawa yang memiliki efek perlindungan pada lapisan perut sehingga dapat mencegah penyakit seperti kanker usus.

MEMPERBAIKI JARINGAN TUBUH
Kembang kol kaya antioksidan vitamin C, yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh. Vitamin C diperlukan untuk pembentukan kolagen protein yang digunakan untuk membuat kulit, jaringan parut, tendon, dan ligamen.

Hama dan penyakit ikan lele


Written by Administrator


Monday, 21 December 2015 13:24

Hama dan penyakit ikan lele banyak ragamnya, beternak lele tanpa memperhitungkan resiko serangan hama dan penyakit akan membawa malapetaka.
Serangan hama dan penyakit ikan lele bisa dihindari dengan memperbaiki manajemen budidaya. Namun meskipun begitu, tetap saja masih ada faktor eksternal yang tidak bisa dielakkan 100 persen. Banyak hal-hal tidak terduga yang bisa terjadi ketika kita membudidayakan ikan lele.
Sumber hama dan penyakit ikan lele dari faktor internal, antara lain pengaturan pakan yang tidak tepat, benih yang membawa bibit penyakit, sampai pengaturan air yang buruk. Sedangkan dari faktor eksternal antara lain iklim, cuaca, sumber air, serangan wabah regional dan lain sebagainya.
Pengendalian hama ikan lele
Dalam beternak lele, hama merupakan gangguan yang bersumber dari organisme besar baik yang sifatnya predator, penggangu dan pesaing. Hama ikan lele yang bersifat predator adalah musang, linsang, dan ular. Di daerah perkotaan kucing pun kadangkala menjadi hama yang perlu di waspadai. Selain itu, ada juga katak yang merupakan predator bagi benih lele yang masih kecil.
Hama yang dikategorikan pengganggu adalah belut, terutama untuk yang beternak lele di kolam tanah. Binatang ini seringkali membuat lubang di pematang sehingga kolam bocor. Hama yang dikategorikan pesaing adalah Ikan gabus atau mujair, karena ikan ini bisa berkembang biak dalam kolam melalui saluran masuk atau keluar air.
Penanggulangan dari serangan hama bisa dilakukan dengan berbagai hal seperti memagari pinggiran kolam, menyaring jalan masuk dan keluar air, sampai menutup kolam dengan paranet. Apabila kita beternak lele secara intensif, biasanya gangguan hama jarang terjadi karena kolam relatif terawasi terus menerus.

Pengendalian penyakit ikan lele

Penyakit ikan lele hampir sama dengan penyakit yang ditemui pada ikan tawar lainnya. Penyakit yang biasa menyerang terdiri dari penyakit infeksi yang disebabkan jamur, protozoa, bakteri dan virus. Berikut beberapa penyakit ikan lele yang disebabkan oleh infeksi:

  • Penyakit bintik putih (white spot), penyebabnya adalah protozoa dari jenis Ichthyphyhirius multifillis. Penyakit ini menyerang hampir semua jenis ikan air tawar. Pada ikan lele banyak menyerang benih. Bintik-bintik putih tumbuh pada permukaan kulit dan insang. Bila terkena ikan akan mengosok-gosokkan badannya ke dinding atau dasar kolam. Peyakit ikan lele ini dipicu oleh kualitas air yang buruk, suhu air terlalu dingin dan kepadatan tebar ikan yang tinggi. Untuk mencegah agar ikan tidak terkena white spot, pertahankan suhu air pada kisaran 28oC dan gunakan air yang baik kualitasnya. Pengobatan untuk jenis penyakit ikan lele ini antara lain dengan cara merendam ikan dalam larutan formalin 25 cc per meter kubik air ditambah dengan malacit green 0,15 gram per meter kubik air selama 24 jam. Pada ikan lele yang sudah besar, penyakit ini juga bisa dihilangkan dengan memindahkan ikan ke kolam dengan suhu 28oC.
  • Penyakit gatal (Trichodiniasis) disebabkan oleh protozoa jenis Trichodina sp. Gejala penyakit ikan lele Trichodiniasis adalah ikan terlihat lemas, warna tubuh kusam dan sering menggosok-gosokan badannya ke dinding dan dasar kolam. Penyakit ikan lele ini menular karena kontak langsung dan juga lewat perantara air. Kepadatan ikan yang terlalu tinggi dan kekurangan oksigen disinyalir memicu perkembangannya. Penyakit ikan lele ini bisa dicegah dengan mengatur kepadatan tebar dan menjaga kualitas air. Penyakit ini bisa dihilangkan dengan merendam ikan dalam larutan formalin 40 ppm selama 12-24 jam.
  • Serangan bakteri Aeromonas hydrophila. Penyakit ikan lele yang ditimbulkan bakter ini menyebabkan perut ikan menggembung berisi cairan getah bening, terjadi pembengkakan pada pangkal sirip dan luka-luka disekujur tubuh ikan. Faktor pemicu penyakit ikan lele ini adalah penumpukan sisa pakan yang membusuk di dasar kolam. Untuk mencegahnya, upayakan pemberian pakan yang lebih tepat dan pertahankan suhu air 28oC. Pengobatan yang paling umum pada ikan benih adalah pemberian antibiotik Oksitetrasiklin (OTC). Caranya dengan mencampurkan OTC dengan pakan, takarannya 50 mg per kg pakan. Berikan selama 7-10 hari. Apabila penyakit ikan lele ini menyerang kolam pembesaran, gantilah air kolam dua kali sehari. Pada saat penggantian air, tambahkan garam dapur dengan takaran 100-200 gram per meter kubik.
  • Penyakit Cotton wall disease, penyebabnya bakteri Flexibacter Columnaris. Bakteri ini menyerang organ dalam seperti insang. Gejala yang ditimbulkannya adalah terjadi luka atau lecet-lecet pada permukaan tubuh, ada lapisan putih atau bintik putih, gerakan renang lambat dan ikan banyak mengambang. Faktor pemicunya adalah pembusukan sisa pakan didasar kolam dan suhu air yang naik terlalu tinggi. Pencegahannya dengan mengontrol pemberian pakan dan mempertahankan suhu air pada 28oC. Apabila ada anggaran lebih, berikan vaksin pada benih ikan. Utuk mengobati penyakit ikan lele adalah dengan memberikan OTC 50 mg per kg pakan yang diberikan 7-10 hari. Cara lainnya, rendam ikan dalam larutan OTC dengan dosis 3-5 ppm selama 12-24 jam. Ikan lele yang diberi antibiotik baru bisa dikonsumsi setelah dua minggu.
  • Penyakit karena serangan Channel catfish virus (CCV). Virus ini tergolong kedalam virus herpes. Ikan yang terinfeksi tampak lemah, berenang berputar-putar, sering tegak vertikal di permukaan, dan pendarahan dibagian sirip dan perut. Faktor pemicu penyakit ikan lele ini adalah fluktuasi suhu air, penurunan kualitas air dan kepadatan tebar yang tinggi. Untuk mencegah serangan virus ini adalah dengan cara memperbaiki manajemen budidaya, menjaga kebersihan kolam dan pemberian pakan yang berkualitas. Pengobatan ikan yang telah terinfeksi jenis virus ini belum diketahui. Namun penyakit ikan lele ini bisa pulih dengan meningkatkan kebersihan kolam seperti mengganti air kolam hingga ikan terlihat pulih.

Selain penyakit ikan lele di atas, terdapat juga sejumlah penyakit yang bukan disebabkan oleh infeksi melainkan disebabkan oleh kondisi lingkungan, seperti keracunan dan lain sebagainya. Berikut beberapa penyakit non-infeksi yang penting diketahui dalam beternak lele:

  • Penyakit kuning (Jaundice), penyakit ini akibat dari kesalahan nutrisi pakan. Penyebabnya antara lain kualitas pakan yang buruk, seperti telah kadaluarsa atau pakan disimpan di tempat lembab sehingga pakan rusak. Beberapa keterangan mengatakan jaundice bisa disebabkan oleh pemberian jeroan atau ikan rucah secara kontinyu. Keterangan lain mengatakan serangan jaundice bisa datang apabila dalam air kolam banyak terdapat alga merah.
  • Pecah usus atau Reptured Intestine Syndrom (RIS). Penyakit ikan lele ini terlihat dari gejalanya yang khas yaitu pecahnya usus. Penyebabnya adalah pemberian pakan yang berlebihan. Ikan lele merupakan ikan yang rakus, berapapun pakan yang kita berikan akan disantapnya sehingga akan memecahkan usus bagian tengah atau belakang. Untuk menghindarinya, lakukan pengaturan pemberian pakan yang efektif. Kebutuhan pakan ikan lele per hari adalah 3-6% dari berat tubuhnya dan harus diberikan secara bertahap, pagi, siang, sore atau malam hari.
  • Kekurangan vitamin, kasus kekurangan vitamin yang paling sering pada ikan lele adalah kekurangan vitamin C. Kekurangan vitamin ini akan mengakibatkan tubuh ikan bengkok dan tulang kepala retak-retak. Apabila terlihat penyakit ikan seperti ini, berikan vitamin mix yang banyak dijual di pasar. Dosisinya 1 gram per kg pakan lele diberikan selama 5-7 hari.
  • Penyakit keracunan, penyakit ini ditimbulkan karena faktor lingkungan seperti air yang tercemar pestisida, atau akibat kimia industri lainnya. Untuk menanggulanginnya, usahakan penggantian air kolam minimal sebanyak 20% setiap dua kali sehari.

Babirusa, Satwa Aneh dari Dunia Dongeng


Written by Administrator


Thursday, 06 September 2012 10:48

WBH Artikel – Babirusa (Babyrousa babyrussa) telah lama mengundang kontroversi. Binatang ini dipopulerkan pertama kali di dunia Barat oleh Gulielmi Pisonis dalam bukunya, Indie Utriusque re Natural et Medica, yang diterbitkan di Amsterdam tahun 1658. Dalam sampul buku berbahasa Latin dan berisi ramuan obat-obatan itu dilukis dua lelaki bersama dengan beberapa hewan aneh. Salah satunya adalah hewan seukuran anjing dengan empat taring yang mengerikan.

Sepasang taring tajam muncul dari moncong dan sepasang lainnya keluar dari hidung lalu melengkung hingga mendekati mata. Ekornya kecil dan melingkar, cuping telinganya kecil dan tegak ke atas, serta tapak kaki seperti rusa.

Konon, Pisonis menggambar sosok binatang aneh itu berdasarkan tengkorak babirusa sulawesi. Namun, bentuk tubuh dan kepala binatang ini aneh, menyebabkan banyak orang mengira binatang ini hanya ada di dunia dongeng.

Dua ratus tahun kemudian, naturalis Inggris, Alfred Russel Wallace, untuk pertama kalinya bersua dengan babirusa di hutan Sulawesi. Pada 1858, Wallace mengunjungi Sulawesi dalam perjalanannya menjelajah Nusantara. Dia dibingungkan dengan keberadaan babirusa, yang menurut dia tidak ada padanannya dengan hewan lain di dunia.

Hewan endemis Sulawesi ini memiliki ukuran tubuh panjang 85-105 cm, tinggi 65-80 cm, dan berat tubuh 90-100 kg. Binatang langka ini juga mempunyai ekor yang panjangnya sekitar 20 cm.

Berbeda dengan babi hutan yang biasa mencari makan dengan menyuruk tanah, babirusa memakan buah-buahan dan membelah kayu-kayu mati untuk mencari larva lebah. Babirusa menyukai mangga, buah pangi, jamur, dan dedaunan.

Babirusa betina hanya melahirkan sekali dalam setahun dengan jumlah bayi satu sampai dua ekor sekali melahirkan. Masa kehamilannya 125 hari hingga 150 hari. Setelah melahirkan, bayi babirusa akan disusui induknya selama satu bulan. Setelah itu, bayi babirusa mencari makanan sendiri di hutan bebas. Hewan endemis ini dapat bertahan hingga berumur 24 tahun.

Babirusa tersebar di seluruh Sulawesi bagian utara, tengah, dan tenggara. Wilayah yang diduga masih menjadi habitat babirusa, antara lain, Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (Sulawesi Utara-Gorontalo), Cagar Alam Panua (Sulawesi Utara), dan Suaka Marga Satwa Nantu (Gorontalo). Adapun di Cagar Alam Tangkoko (Sulawesi Utara) dan Suaka Margasatwa Manembo-nembo (Sulawesi Utara) babirusa dianggap telah punah.

Populasi hingga sekarang tidak diketahui dengan pasti. Namun, berdasarkan persebarannya yang terbatas oleh IUCN Red List, satwa endemis ini didaftarkan dalam kategori konservasi vulnerable (rentan) sejak 1986. Dan, oleh CITES binatang ini didaftar dalam Apendiks I yang berarti tidak boleh diburu dan diperdagangkan.

Berkurangnya populasi babirusa diakibatkan oleh perburuan untuk mengambil dagingnya yang dilakukan oleh masyarakat sekitar. Selain itu, rusaknya habitat utama hewan endemis ini dan jarangnya frekuensi kelahiran juga membuat satwa endemis ini semakin langka.

Sumber: Kompas.Com